Review Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore, Manipulasi Politik di Dunia Sihir
Berita Baru, Entertainment – Sejak 13 April kemarin, Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore resmi tayang di Indonesia. Franchise ketiga ini semakin bikin penasaran, apalagi dengan fakta bahwa peran Johnny Depp sebagai penyihir jahat Grindelwald digantikan oleh Mads Mikkelsen akibat kasusnya dengan mantan istrinya, Amber Heard.
Terlepas dari itu, seperti apa plot cerita film ketiga ini? Simak sinopsis dan review Beritabaru berikut.
Sinopsis Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore
Film dibuka dengan kenangan Albus Dumbledore (Jude Law) saat bertemu dengan Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen) di sebuah restoran. Dumbledore yang mengetahui rencana gelap sahabat terkasihnya itu mencoba untuk menggagalkannya.
Ia merayu dengan mengatakan bahwa tindakan Grindelwald untuk membentuk tatanan dunia baru cenderung berbahaya. Sementara bagi Grindelwald, Dumbledore telah mengkhianati kaum penyihir dengan berpaling darinya. Hubungan mereka demikian rumit, apalagi dalam kondisi keduanya terlilit perjanjian darah.
Karena tak bisa bergerak menghentikan rencana jahat Grindelwald sendirian, Dumbledore merekrut ahli magizologi Newt Scamander (Eddie Redmayne), saudaranya Theseus (Callum Turner), guru Mantra Ilvermorny Lally Hicks atau Profesor Hicks (Jessica Williams).
Bergabung juga di dalam tim tersebut penyihir keturunan Senegal-Prancis Yusuf Kama (William Nadylam), muggle kesayangan kita semua Jacob Kowalski (Dan Fogler), dan asisten Newt bernama Bunty (Victoria Yeates) untuk menggagalkan rencana Grindelwald menguasai dunia.
Kira-kira, kelompok yang warna-warni ini, bisa nggak ya menghadapi kekuatan sihir Grindelwald bersama timnya yang hebat itu?
Review Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore
Film ketiga ini bisa dibilang cukup untuk menjadi kulminasi dari dua film sebelumnya. Kali ini, kedua kubu berhadapan secara langsung. Grindelwald bahkan memupuk kekuatan (dan keberuntungannya) sehingga mampu mendapatkan kekuasaan yang cukup strategis untuk mencapai misinya.
Tak hanya itu, binatang atau beast yang menjadi poin utama dalam film ini pun terwakili melalui perannya yang substansial dalam film ini. Adalah Qilin, binatang ‘fantastis’ yang didasarkan pada mitologi di wilayah China dan Asia Timur. Binatang langka ini diperebutkan oleh tim Dumbledore dan Grindelwald.
Qilin dianggap istimewa karena mereka dapat melihat isi hati manusia dan akan membungkuk hormat pada siapa saja yang dianggap berhati mulia. Binatang ini digunakan dalam pemilihan ketua Konfederasi Penyihir Internasional untuk memilih siapa pemimpin yang layak.
Beberapa hal yang perlu jadi catatan adalah, pengungkapan rahasia-rahasia Dumbledore yang menjadi judul dari franchise kali ini justru tak terlalu menarik, jika tak bisa dibilang hambar. Selain itu, pengembangan karakter Credence dan penulisan dialog film ini secara keseluruhan juga tak sehebat dua film sebelumnya.
Walau demikian, kemunculan Qilin menjadikan plot cerita dan konflik dalam Fantastic Beasts 3 ini cukup mengagumkan. Penggunaan dan manipulasi terhadap Qilin mencerminkan sikap politik kotor yang dilakukan oleh Grindelwald. Mudah sekali menemukan padanannya di zaman sekarang, ketika agama dan rasisme menjadi bahan bakar untuk meraih dukungan dan simpati politik.
Fantastic Beasts 3 juga bakal mengajakmu berjalan-jalan mengenal penyihir elit di Jerman hingga Bhutan, dan kisah cinta menyedihkan Dumbledore, dan.. ah, segera tonton di bioskop, ya!