Petani Milenial Dituntut Kuasai Teknologi Pertanian
Berita Baru, Jakarta – Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi menyebut dari 34 juta jumlah petani di Indonesia, kurang dari 30 persen merupakan petani muda. Sisanya adalah petani ‘kolotnial’ yang berpendidikan rendah.
Merujuk pada hasil penelitian, Dedi mengungkap bahwa 69 persen petani Indonesia hanya tamat SD atau tidak lulus SD atau tidak sekolah. Itu berarti petani Indonesia didominasi oleh petani tua dengan tingkat pendidikan rendah.
“Tidak mungkin tujuan pembangunan pertanian untuk menyediakan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dan untuk menggenjot ekspor, dibebankan kepada para petani tua dengan tingkat pendidikan SD. Tidak mungkin,” kata Dedi, saat menyampaikan sambutan dalam acara Webinar Cipta Pertanian Berkelanjutan Bersama Pemuda, Kamis (28/10).
Sementara, Dedi menambahkan, petani Indonesia yang lulus perguruan tinggi hanya kurang lebih 1,5%, atau tidak lebih 2 orang dari 100 orang.
“Yang mengenyam pendidikan tinggi petani kita hanya satu setengah persen dan itu ternyata semuanya petani muda atau petani milenial. Itu berarti pencapaian tujuan pembangunan pertanian tidak mungkin dibebankan kepada para petani tua. Berarti pencapaian tujuan pembangunan pertanian adalah ada di pundak petani milenial kita,” tegas Dedi.
Untuk itu, kata Dedi, Indonesia harus melakukan transformasi dari pertanian konvensional menjadi pertanian bisnis agar bisa menghasilkan keuntungan yang besar.
“Kita juga harus melakukan transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern, karena pertanian tradisional itu produktivitasnya rendah sedangkan pertanian modern produktivitasnya tinggi,” tegasnya.
Pertanian modern, menurutnya, adalah pertanian yang berbasis inovasi teknologi untuk menggenjot produktivitas, meningkatkan kualitas pertanian, dan menekan biaya produksi, serta menjamin kontinuitas ketersediaan pangan.
Dedi pun berharap petani milenial menguasai pertanian modern demi menggenjot produktivitas dan menekan biaya produksi.
“Petani muda harus disiapkan, harus mempersiapkan diri, mengerti, pahami, kuasai, implementasikan itu pertanian modern untuk menggenjot produktivitas kita,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa pertanian modern Itu adalah pertanian yang memanfaatkan produk Bio-science, produk hasil-hasil riset dari ilmu hayati dan dari ilmu rumpun pertanian.
“Pertanian modern itu harus memanfaatkan varietas-varietas berproduksi tinggi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan bahwa ciri ketiga dari pertanian modern adalah pemanfaatan Internet of Thing (IoT), pemanfaatan Big Data, Artificial Intelligence (AI), Robot Construction dan sebagainya. Pemanfaatan IoT tersebut juga sejalan dengan pemanfaatan inovasi teknologi era industri 4.0.
“Inovasi teknologi era industri 4.0 itu milik kita bukan petani kolotnial. Tapi milik petani milenial,” tegasnya.
Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Dedi juga berpesan kepada para petani muda untuk mau melanjutkan perjuangan Pemuda 1928.
“Ambil itu, tiru itu, lanjutkan itu, semangat para pemuda untuk tetap bersatu di dalam bingkai bhinneka tunggal Ika. Dan tidak kalah penting, kalau dulu targetnya Indonesia merdeka, tapi kalau sekarang targetnya adalah Indonesia berjaya Indonesia maju Indonesia tanggung Indonesia bangkit. Itu target kita sekarang,” pungkasnya.