Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan
Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan, 28 Juli 2020.

Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan



Berita Baru, Jakarta – CSIS Indonesia meluncurkan dashboard COVID-19 yang bertujuan untuk ‘diusahakan secara real time’ mengevaluasi kegiatan ekonomi dan intensitas penyebaran COVID-19 di masa New Normal dengan menggunakan tinjauan atas beberapa indikator cepat, Selasa (28/7).

Peluncuran itu diselenggarakan secara daring disertai dengan webinar melalui kanal YouTube CSIS dan Zoom pada pukul 14.00. Dimoderatori oleh Yose Rizal Damuri, webinar itu menjelaskan tentang bagaimana proses pengambilan data, latar belakang penciptaan dashboard, hingga interpretasi atau pembacaan dashboard.

Menurut Damuri, inisiator dashboard COVID-19 CSIS Indonesia itu adalah Haryo Aswicahyono, Peneliti Senior, Departemen Ekonomi CSIS Indonesia.

Dalam menciptakan dashboard itu, Haryo dibantu dengan beberapa tim, yaitu: Yose Rizal Damuri, Dewa Ayu Widia Lestari, Muhammad Athar Iswandi, dan Nuroji Lukmansyah.

Aswicahyono menjelaskan tarik-ulur (trade-off) antara kesehatan dan ekonomi memunculkan tantangan untuk meratakan atau menyeimbangkan kurva epidemi dan kurva ekonomi.

Karena itu, terdapat 4 skenario terkait situasi tersebut, yaitu: 1) Ekonomi membaik, C19 mereda, 2) Ekonomi membaik, C19 meningkat; 3) Ekonomi memburuk, 19 meningkat; dan 4) Ekonomi memburuk, C19 mereda.

Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan




Gambar: Skenario tarik-ulur ekonomi dan kesehatan. Sumber: CSIS

“Pelonggaran PSBB bertujuan untuk mencapai skenario 1 dan menghindari 3 skenario lain, terutama skenario 3 di semua daera. Untuk itu perlu memonitor terus menerus baik perkembangan kasus C19 maupun perkembangan aktivitas ekonomi,” catat Aswicahyono.

Untuk mendapatkan data C19, dashboard itu menggunakan indeks intensitas C-19 yang mempunyai 3 komponen: indeks kasus aktif, indeks pertumbuhan dan indeks kematian.

Sementara untuk mendapatkan data aktivitas ekonomi, dashboard itu menggunakan indikator pergerakan ekonomi dengan menggunakan data dari Facebook Range Map (FRM) dan Google Mobility Indeks (GMI) karena kecepatannya, FRM diperbarui setiap hari dengan lag 2-3 hari di level kabupaten sementara GMI diperbarui seminggu sekali dengan lag 2-3 hari. “Kami memilih FRM sebagai proxy dengan pertimbangan FMR diupdate setiap hari dan potensi masa depan untuk menggunakan indeks ini sampai level kabupaten,” terang Aswicahyono.

Penggunaan Dashboard

Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan




Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia. Sumber: CSIS

Secara garis besar, Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian Dashboard Series (Mobility Index, Food Inflation, dan Food Price) dan Publication (Webinar dan Comentaries)

Dijelaskan oleh Athar, bagian dashboard akan menunjukkan 4 quadran seperti yang dijelaskan Aswicahyono dalam 4 skenarion.

“Kelihatan di situ [dasboard] data-data perubahannya per provinsi berapa persen misalnya tanggal 25 Juli, Riau masuk di quadrant 1 yang menunjukkan indeks intensitas COVID-19 56% dan Mobility index 1%. Dan kita bisa lihat ada banyak yang berada di quadrant III [kesehatan memburuk dan ekonomi memburuk]. Selain itu, kita bisa nge-play per hari,” terang Athar.

Namun ada beberapa hari yang menunjukkan 0, bukan berarti itu menunjukkan perubahan, melainkan data belum di-input.

Selain itu, dalam matriks keadaan ekonomi dan kesehatan itu ditampilkan juga secara rinci data dari masing-masing indeks per provinsi dan per hari.

Sementara itu, dijelaskan oleh Widya, pentingnya Food Inflation dan Food Prices karena ‘pangan merupakan kebutuhan primer yang pasti dikonsumsi oleh rumah tangga.’

Peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia Dalam Mengevaluasi Ekonomi Dan Kesehatan
Indeks Harga Makanan dalam Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia. Sumber: CSIS.

Dalam Food Inflation, ditampilkan data MoM (Month of Month) dan YoY (Years of Years). Sementara dalam Food Prices ditampilkan harga 10 komoditas pangan utama, yaitu gula putih, beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng.

“Jika melihat data, semua komoditas untuk saat ini terlihat mengalami penurunan harga,” terang Widya.

Kolaborasi data dan Tantangan Dashboard

Hadir dalam webinar, Kapusdatinkom BNPB Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si, mengapresiasi dashboard COVID-19 CSIS Indonesia karena bisa mengaitkan antara kesehatan dan masalah ekonomi.

Jati juga mengharapkan adanya kolaborasi data antara CSIS dan BNPB.

“Banyak hal yang bisa kita kolaborasikan terkait dengan masalah data hingga menjadi suatu analisys of knowledge,” kata Jati.

Selain itu, Jati juga mengingatkan akan adanya tantangan dari dashboard itu terkait validasi dan verifikasi data.

“Kami juga punya kewajiban untuk mempublis data COVID-19 secara grafis … cuman tantangannya adalah mengelola dashboard itu, terutama dalam hal bagaimana verifikasi dan validasinya bisa benar, misalnya positivity rate,” terang Jati.

Rewarning System

Selain itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Dr. Titik Anas yang juga hadir dalam webinar itu turut mengapresiasi dan mengucapkan selamat atas peluncuran Dashboard COVID-19 CSIS Indonesia.

Selain itu, Titik Anas juga mengatakan bahwa dashboard itu bisa menjadi rewarning system.

“Rewarning system terkait bagaimana COVID-19 dan ekonomi sehingga kita bisa merespon dengan tepat dalam bentuk kebijakan-kebijakan … Saya rasa ini sangat bagus untuk menjadi guidance di level daerah,” puji Titik Anas.

Titik Anas juga mengatakan model dashboard ini mirip seperti yang pernah digunakan oleh Gubernur Jawa Barat yang mana itu juga bisa digunakan untuk bisa menjadi masukan bagi pemerintah. “Kami juga berharap CSIS bisa memperikan advice kepada kami di pemerintah untuk menjadikan itu menjadai policy-policy kita sehingga bisa lebih berbobot,” imbuh salah satu pendiri dan Managing Director dari Rumah Riset Presisi Indonesia.