Pamer ICBM Baru, Korea Utara Siap Mengekang Segala Upaya Militer Berbahaya Imperialisme AS
Berita Baru, Pyongyang – Korea Utara mengkonfirmasi peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) yang besar dan baru, menambahkan peluncuran tersebut ditujukan untuk “mengekang dan menahan segala upaya militer berbahaya imperialis AS”, menurut kantor berita Korea Utara, KCNA, Jumat (25/3).
Peluncuran ICBM Hwasongpho-17, versi terbaru dari Hawsong-17, dilaporkan diluncurkan pada Kamis (24/3), dengan ‘bimbingan langsung’ dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, setelah memberikan perintah tertulis langsung pada Rabu (23/3) pada militer Korea Utara.
Kim Jong Un memerintahkan tes tersebut karena “meningkatnya ketegangan militer setiap hari di dalam dan sekitar semenanjung Korea” dan “konfrontasi lama yang tak terhindarkan dengan imperialis AS disertai dengan bahaya perang nuklir.”
“Pasukan strategis DPRK sepenuhnya siap untuk mengekang dan menahan segala upaya militer berbahaya imperialis AS,” kata Kim Jong Un. DPRK adalah inisial nama resmi Korea Utara.
Kim juga menginstruksikan militer Korea Utara untuk teguh dalam tekadnya untuk lebih memperkuat penangkal nuklirnya
“Munculnya senjata strategis baru DPRK akan membuat seluruh dunia dengan jelas menyadari kekuatan angkatan bersenjata strategis kami sekali lagi,” imbuh Kim Jong Un, seraya menambahkan bahwa tes tersebut akan membantu meyakinkan dunia tentang fitur modern dari strategi strategis negara itu. pasukan.
“Setiap pasukan harus dibuat untuk menyadari fakta bahwa mereka harus membayar harga yang sangat mahal sebelum berani mencoba melanggar keamanan negara kita,” tambah Kim Jong Un.
Peluncuran itu adalah peluncuran rudal ICBM pertama oleh Korea Utara yang bersenjata nuklir sejak 2017. Hwasong-17 terbang sejauh 1.090 km (681 mil) ke ketinggian maksimum 6.248.5 km (3.905 mil) dan tepat mengenai target di laut.
Peluncuran itu segera menuai kecaman dari para pemimpin di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
Data penerbangan menunjukkan bahwa rudal Hwasongpho-17 terbang lebih tinggi dan lebih lama daripada Hwasong-17, menurut laporan Reuters.
Para analis mengatakan, ICBM Hwasong merupakan rudal berbahan bakar cair terbesar yang pernah diluncurkan oleh negara mana pun dari peluncur mobile.
Kembalinya Korea Utara ke uji coba peluncuran senjata utama menimbulkan tantangan langsung bagi Presiden AS Joe Biden, dimana saat ini AS sedang fokus menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Peluncuran tersebut juga berpotensi meningkatkan prospek krisis baru saat Korea Selatan baru saja melakukan reformasi pemerintahan baru.
Di samping itu, menanggapi peluncuran ICBM pertama Korea Utara sejak 2017 melalui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan jauh lebih sulit sekarang daripada dulu.
Kekuatan dunia di dewan saat ini berselisih mengenai perang Ukraina, membuat jenis sanksi yang dijatuhkan pada Korea Utara oleh DK PBB setelah uji coba tahun 2017 menjadi proses yang jauh lebih rumit.
Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Irlandia, Albania dan Norwegia telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan publik pada hari Jumat (25/3) untuk membahas peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara, kata para diplomat.
Dalam Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (24/3), Korea Utara termasuk menjadi salah satu negara yang tidak mendukung resolusi Majelis Umum PBB tentang penarikan pasukan Rusia.