Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menjadi Ular | Cerpen: Yuditeha

Menjadi Ular | Cerpen: Yuditeha



Akhir Desember 2021, tepatnya di malam Natal, aku mendapat pesan dari orang berambut panjang yang hadir di mimpiku. Aku tahu ternyata dia seorang lelaki dari suara bicaranya yang berat. Namun aku tidak bisa melihat wajahnya karena posisi dia membelakangi cahaya yang saat itu bersinar dengan terang. Lelaki itu mengabarkan bahwa pada awal tahun 2022, aku akan berubah menjadi ular.

Tentu saja aku terkejut dengan isi pesan itu. Lantas dengan suara terbata aku bertanya kepadanya, apa yang menjadi penyebab hingga aku berubah menjadi ular. Lelaki itu tidak lekas menjawab. Aku tidak mengerti mengapa dia bersikap demikian, mungkin dia sedang memikirkan jawaban yang ingin disampaikan. Atau mungkin memang dia tidak akan menjawab karena bisa jadi dia tidak punya wewenang untuk memberi jawaban. Namun aku tetap menunggu, dan berharap semoga lelaki itu mau memberi penjelasan.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu justru balik bertanya kepadaku, apakah jawaban dari pertanyaanku penting bagiku. Setelah itu gantian aku yang terdiam lama. Jujur, aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Namun kemudian aku menyampaikan kepada lelaki itu bahwa pertanyaanku itu begitu saja muncul usai mendengar pesan darinya. Lelaki itu kemudian menerangkan bahwa dia tidak akan memberi jawaban. Katanya, justru aku sendirilah yang harus mencari jawabannya. Pernyataan lelaki itu membuatku berpikir, apa hal itu karena sekarang aku jarang pergi ke gereja.

Pada kesempatan itu aku juga berpikir, apa sekiranya yang ingin aku ketahui. Karena tidak segera mendapat pencerahan, lantas aku melontarkan pertanyaan tentang siapa dirinya. Tentu saja pada saat itu aku tidak menyadari bahwa apa yang terjadi itu mimpi. Pikirku, semuanya adalah kenyataan, tapi anehnya aku ingat betul, waktu itu adalah malam Natal. Karena kenyataan itulah lantas aku sempat menduga bahwa lelaki itu adalah Yesus, lelaki yang aku yakini sebagai Bapa di Surga.

Karena aku tidak tahu bahwa kejadian itu hanya mimpi, akhirnya aku menyangkal sendiri atas apa yang menjadi dugaanku itu. Artinya, andai aku tahu kejadian itu hanya mimpi, bisa saja aku akan menganggap lelaki itu sebagai Yesus. Namun, sesungguhnya apa yang menjadi penasaranku bukan hal tersebut, melainkan seperti yang sebelumnya sudah aku pikirkan, yaitu mengapa aku akan berubah menjadi ular. Dan hal itu tetap tidak terjawab sampai waktunya aku terjaga.

Setelah aku tahu hal itu hanya mimpi, apa yang sebelumnya aku cemaskan, bahkan yang sebelumnya aku tanyakan sudah tidak lagi menjadi masalah bagiku. Aku menganggap apa yang terjadi dalam mimpi memang kuanggap sebagai bunga tidur semata. Jikapun ingin memaknai hal itu terkait dengan kehidupanku, setidaknya juga sama dengan apa yang dulu pernah aku pikirkan, tentang kenyataan aku yang sudah lama tidak pergi ke gereja. Namun untuk hal itu sesungguhnya aku punya pembelaan. Apa yang terjadi selama ini karena untuk pergi ke gereja memang tidak seleluasa dulu. Di masa pandemi seperti ini, ada aturan bagi siapa yang ingin pergi ke gereja harus mendaftar dulu jauh-jauh hari. Tentu saja hal itu agar nantinya tidak terjadi kerumunan massa yang tidak terkendali dengan baik. Karena hal itulah aku memang memutuskan untuk memilih tidak pergi ke gereja.

Meski begitu, ketika tiba saatnya malam tahun baru, aku teringat lagi dengan mimpi itu. Apa yang sebelumnya aku anggap tidak masalah, rupanya malam itu tidak demikian. Rasa cemas tiba-tiba mengemuka kembali. Pada saat itu ada ketakutan di dalam diriku, bagaimana seandainya apa yang menjadi pesan lelaki di mimpiku itu akan menjadi kenyataan. Saking cemasnya, sampai membuat malam itu aku tidak bisa tidur. Aku berusaha memejamkan mata, tapi tidak berhasil terlelap. Namun pada akhirnya aku bisa tertidur tapi ketika hari telah berganti, dan terbangun ketika waktu telah menjelang malam.

Pada saat itulah kesadaranku perihal mimpi itu muncul kembali. Aku langsung mengamati badanku yang saat itu semuanya masih seperti biasanya. Meski begitu, aku tetap belum merasa yakin, lantas aku mencari cermin dan berkaca, rupanya semua memang masih sama. Tak ada sedikit pun yang berubah pada diriku. Mengetahui hal itu, perasaanku menjadi lega. Lantas aku berpikir bahwa apa yang terjadi di mimpiku memang hanya bunganya tidur.

Demikian juga pada hari-hari selanjutnya, meski tak secemas di waktu sebelumnya, tetapi setiap malam menjelang, untuk menghadapi hari yang baru, kegundahan masih saja menyerang. Dan pada kenyataannya tidak terjadi apa pun pada diriku sampai tanggal 7 Januari 2022. Namun pada hari Jumat siang, tanggal 21 Januari 2022,  justru ketika rasa cemas dalam diriku sudah mulai meluntur, usai bangun dari tidur siang, aku mendapati diriku berubah menjadi ular. Bukan perubahan sedikit, atau setengahnya, tapi benar-benar berubah ular. Bahkan aku sudah tidak lagi bisa bicara bahasa manusia.

Pada saat itu, aku memikirkan, perbuatan jahat apa yang sudah aku lakukan. Namun ketika aku mengingat-ingat hal itu, aku merasa tidak melakukan keburukan, bahkan sekadar keburukan kecil. Intinya pada hari aku berubah menjadi ular itu, di waktu-waktu sebelumnya aku tidak melakukan kejahatan ataupun keburukan. Karena itu aku menjadi bingung, sesungguhnya dosa apa yang selama ini telah aku perbuat.

Karena tidak menemukan pencerahan, lantas dengan khusyuk aku memikirkan tentang simbol ular yang dipakai dalam Injil. Pada saat itu aku mengingat sesuatu, bahwa ular sering dipakai untuk melambangkan kelicikan, semacam tipu daya yang berasal dari iblis, atau para sosok suci yang jatuh ke dalam dosa. Kemudian aku memikirkan juga ungkapan perihal ular yang ada di ranah orang pada umumnya, di situ orang-orang sering menggunakannya untuk menggambarkan sebuah kejahatan. Namun, ketika kembali aku berusaha menghubungkan hal itu dengan laku dosa yang aku lakukan, tidak juga menemukannya, lagi-lagi aku bingung hingga membuatku semakin tidak mengerti, sesungguhnya ada apa di balik semua ini.

Hari-hari setelahnya, aku berusaha mencari pencerahan dengan cara menemui orang-orang untuk bertanya kepada mereka. Namun setiap ada orang yang bertemu denganku, hampir semuanya justru langsung menghindar, bahkan hal itu mereka lakukan sebelum kami benar-benar berhadapan. Sampai waktunya aku bertemu ular lain, yang hal itu membuatku kaget. Rupanya kami bisa bercakap. Aku mengerti apa yang dia katakan, dan ular itu juga mengerti apa yang aku katakan, hingga pada akhirnya aku berteman baik dengannya.

Pada saat itulah muncul keinginanku untuk menceritakan kepadanya apa yang menjadi keresahanku selama ini. Ular itu mendengarkan ceritaku dengan saksama, dan usai mendengar semuanya, ular itu mengatakan bahwa sesungguhnya dia tidak tahu saran apa yang bisa diberikan kepadaku. Hanya saja, dia tampak berusaha tetap memberikan pendapatnya, dan dari sekian yang dia katakan, ada sesuatu yang membuatku lantas mengerti tentang apa yang sekiranya bisa menjadi penyebab, mengapa aku berubah menjadi ular.

Pernyataan yang memberiku pencerahan itu ketika ular tersebut mengatakan bahwa, sesungguhnya semua ciptaan Tuhan di bumi ini tidak ada yang sempurna. Semua punya sisi buruk dan sisi baik, pun dengan ular. Ular itu mengatakan, selama ini aku tidak menemukan apa yang sekiranya menjadi penyebab berubahnya aku menjadi ular karena dia menyangka aku hanya fokus mengingat tentang perbuatan dosa, atau apa pun yang berhubungan dengan keburukan. Ular itu lantas menduga, selama ini aku belum mengingat segala hal tentang pahala, atau apa pun yang berhubungan dengan perbuatan baik yang mungkin telah aku perbuat.

Meski begitu, pada saat aku mendengar pernyataan ular itu, seketika aku melakukan protes. Jika apa yang dia katakan benar, lantas mengapa aku harus berubah menjadi ular? Kuperhatikan ular itu seperti tidak berniat memberi tanggapan, karena apa yang keluar dari mulutnya hanya berupa desisan kecil. Namun, aku tetap bisa mendengar dan mengerti artinya. Intinya dia mengatakan bahwa aku belum paham apa yang dia maksudkan.

Yuditeha Menulis puisi dan cerita. Pendiri Komunitas Kamar Kata.