Mayoritas Warga Seputar PLTU Rasakan Gangguan Kesehatan
Berita Baru, Jakarta – Berdasarkan laporan Institute for Policy Development dan Yayasan Indonesia Cerah yang berjudul “Persepsi Masyarakat atas Kebijakan Pemensiunan Dini PLTU Batu Bara dalam Transisi Energi”, mayoritas warga di sekitar PLTU Pelabuhan Ratu dan Cirebon-1 merasakan adanya dampak buruk kesehatan yang mereka rasakan setelah keberadaan PLTU.
Menurut laporan tersebut, mayoritas responden di wilayah tersebut, baik perempuan maupun laki-laki, merasa dampak PLTU sangat buruk bagi kesehatan mereka. Ditemukan bahwa keberadaan PLTU berkontribusi pada gangguan kesehatan seperti gangguan paru-paru, sistem kekebalan tubuh, jantung, sistem reproduksi, fungsi otak, genetik, dan kesehatan manusia secara umum.
Di sisi lain, mayoritas warga yang tinggal di sekitar PLTU Pacitan menyatakan persepsi netral terhadap dampak PLTU terhadap kesehatan mereka. Namun, 1 dari 4 perempuan di wilayah tersebut merasa bahwa keberadaan PLTU memberikan dampak buruk.
Dalam konteks usia, studi menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang di berbagai kategori usia, terutama yang berusia 15-44 tahun di sekitar PLTU Cirebon-1, sering mengalami keluhan kesehatan setelah adanya PLTU.
Hal ini diduga terkait dengan penggunaan batu bara berkapasitas penuh (100% coal) yang menjadi pemicu kuat beragam keluhan kesehatan, seperti yang dijelaskan oleh World Economic Forum (WEF) mengenai fly ash pembakaran batu bara yang bersifat korosif dan abrasif, serta mengandung banyak logam beracun dan garam yang mencemari lingkungan.
Selain itu, masyarakat pesisir menjadi kelompok yang paling terdampak karena pembuangan limbah PLTU dan tumpahan batu bara mencemari sekitar perairan. Kemudian, fenomena premanisme menjadi alasan ketakutan sebagian masyarakat terhadap tindakan kolektif dan partisipasi bersuara dalam sektor energi.