Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

KLHK
Davida Ruston Khusen host Beritabaru.co dan Sekretaris Utama BRGM Ayu Dewi Utari dalam podcast seri ke-19 Publikasi dan Diseminasi Praktik Baik: Perempuan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan, Sabtu (12/3).

Manfaat Mangrove Bagi Perempuan, Pengurangan Emisi dan Nilai Tambah Ekonomi



Berita Baru, Jakarta – Pada 2020 pemerintah membentuk Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melalui Peraturan Presiden Nomor 120 tahun 2020. Badan ini merupakan kelanjutan dari Badan Restorasi Gambut (BRG) yang diinisiasi untuk menanggulangi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang disebabkan oleh gambut.

Mangrove, berdasarkan penuturan Sekretaris Utama BRGM Ayu Dewi Utari, merupakan tanaman yang kaya fungsi, sehingga pemerintah penting untuk memperhatikannya.

Selain bisa mencegah intrusi dan menyerap karbon 4-5 kali lebih banyak dari hutan tropis dataran, kata Ayu, mangrove bisa membantu masyarakat di sekitarnya untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi.

“Fungsi mangrove ini luar biasa, selain menyerap karbon, mencegah intrusi air ke daratan, mencegah abrasi, dan sebagainya, banyak bagian dari mangrove bisa diolah dan dijual,” jelasnya.

Dalam podcast yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Pengarusutamaan Gender (PUG) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), The Asia Foundation (TAF), dan Beritabatu.co pada Sabtu (12/3) ini, Ayu memaparkan empat (4) manfaat mangrove secara ekonomi.

Pertama, dari banyaknya jenis mangrove, ada beberapa yang buahnya bisa dibuat sirup, kata Ayu. Kedua, buah tersebut bisa pula diolah menjadi kecap.

“Buah mangrove itu bisa untuk sirup dan kecap. Dan ini kan bisa dijual nantinya. Tapi di antara keduanya yang populer sih yang sirup ya,” kata Ayu.

Ketiga, kulit batang mangrove bisa digunakan sebagai pewarna dan ini menurut Ayu adalah bawan warna yang berkualitas.

“Dari pewarna ini, di Surabaya sudah ada istilahnya batik mangrove,” ungkap Ayu dalam podcast yang ditayangkan langsung di kanal Youtube Beritabaruco ini. 

Keempat, dari mangrove seseorang bisa pula membuat kopi dengan strategi tertentu, namanya kopi mangrove.

Meski demikian, tegas Ayu, masyarakat tidak bisa bebas untuk mengelolanya sebab mereka terkendala di modal dan kemampuan mengolah yang sebab inilah BRGM penting untuk hadir dan mendampingi.

Pendampingan dan peningkatan nilai tambah ekonomi

Ayu menyampaikan, untuk pekerjaan tersebut BRGM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa.

Salah satu program BRGM yang tengah berjalan dan menggandeng keduanya adalah Desa Peduli Mangrove (DPM).

Melalui program tersebut, BRGM mendampingi masyarakat untuk bisa membuat produk olahan mereka, seperti ikan asap dan ikan asin, lebih memiliki nilai tambah.

“Ini nanti soal packaging ya, soal pengiklanan, dan pastinya produk olahan ikan yang sehat tanpa pengawet, yang karena ini nanti mereka bisa menjual hasil olahannya lebih mahal ke pembeli,” papar Ayu.

“Pelatihan dan sebagainya ini nanti dibantu dari Dana Desa,” imbuhnya.

Potensi laut

Dalam diskusi yang ditemani oleh Davida Ruston Khusen host Beritabaru.co ini, Ayu menengarai pula bahwa selain potensi pertanian, mangrove berhubungan dengan potensi laut.

Ketika mangrove di suatu area pantai bagus dan berkualitas, maka biota laut yang ada di sekitarnya akan baik pula.

Ayu memberi contoh ikan dan kepiting. Dua jenis biota ini akan tumbuh luar biasa selama ada mangrove yang lebat di areanya.

“Kenapa bisa begitu? Sebab ikan-ikan ini kalau bertelur kan di sela akar-akar mangrove, termasuk kepiting. Di balik mangrove yang baik, pasti ada banyak kepiting dan ikan-ikan yang segar,” ungkap Ayu.

Mangrove dan perempuan

Mangrove memiliki kedekatan khusus dengan perempuan. Ketika mangrove tidak diperhatikan dan terjadi intrusi, maka yang terdampak pertama adalah perempuan.

Meski demikian, ketika mangrove diperhatikan dan dikelola dengan baik, maka pihak yang akan merasakan dampaknya juga perempuan.

Kenyataan bahwa ketika hasil dari mangrove dipanen, maka yang akan sibuk mengolahnya adalah para ibu.

“Atau lebih pasnya di sini ada keseimbangan antara perempuan dan laki-laki, meski ketika terjadi bencana, perempuan lebih terdampak, seperti susahnya mencari air yang bersih,” jelas Ayu.

Untuk kebijakan dari BRGM terhadap peran perempuan di area mangrove, Ayu mengatakan bahwa itu tidak terjadi secara khusus.

Kendati begitu, berdasarkan pemantauan BRGM selama ini, keterlibatan perempuan dalam rehabilitasi mangrove sudah berjalan dengan baik.

Di beberapa daerah, kata Ayu, untuk kasus kelompok tani, perempuan sudah dilibatkan, bahkan ada kelompok tani yang itu khusus untuk perempuan. Yang terakhir ini Ayu menemuinya di wilayah Timur Indonesia.

“Keterlibatan perempuan dalam rehabilitasi mangrove sangat banyak terjadi, meski tidak secara khusus. Di Sumut, ada yang anggota kelompoknya sebagian perempuan. Di Kalbar malah ada kelompok tani yang anggotanya banyak perempuan,” ungkapnya.

“Yang menarik bahkan, di Indonesia bagian timur, ada kelompok tani yang khusus perempuan,” imbuh Ayu dalam podcast bertajuk Pengelolaan Mangrove dan Pesisir yang Responsif Gender ini.