Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mahfud MD Minta Ormas Islam Kawal Pemilu 2024 Sesuai Jadwal
Menkopolhukam Mahfud MD (kanan) didampingi Pimpinan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOM) Kyai Said Aqil Siradj (kiri) memberikan keterangan pers usai pembukaan acara Tadarus Kebangsaan dan Perumusan Peta Jalan Kepemimpinan Muslim Indonesia di Jakarta, Sabtu (25/3). (Foto: Istimewa)

Mahfud MD Minta Ormas Islam Kawal Pemilu 2024 Sesuai Jadwal



Berita Baru, Jakarta – Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD meminta organisasi masyarakat (ormas) Islam untuk turut serta mengawal pelaksanaan Pemilu 2024 agar dapat berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

“Salah satu tugas jangka pendek kita dalam masalah kebangsaan, menjaga agar Pemilu tahun 2024 berjalan sesuai dengan yang dijadwalkan,” kata Mahfud dalam acara Tadarus Kebangsaan dan Perumusan Peta Jalan Kepemimpinan Muslim Indonesia di Jakarta, Sabtu (25/3).

Dalam kesempatam tersebut, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menegaskan bahwa Pemilu 2024 tidak bisa diundur, karena jika diundur dapat melanggar konstitusi.

“Dalam konstitusi diatur bahwa pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali tidak boleh lewat sehari. Begitu pula dengan masa jabatan presiden lima tahun sekali tidak boleh lewat sehari,” ujarnya.

“Jika presiden dilantik pada tanggal 20 Oktober, maka tanggal 20 Oktober 2024 harus ada presiden baru yang dilantik. Jika tidak akan melanggar konstitusi,” sambung Mahfud.

Menurut Mahfud, aturan itu bisa saja diubah dengan cara mengubah konstitusi. Tetapi hal itu tidaklah mudah, karena harus diusulkan 1/3 pasal mana yang mau diubah, apa alasannya dan bagaimana rumusannya. Kemudian, dibentuk terlebih dahulu badan pekerja.

“Nanti kalau dapat 1/3 sih gampang, tapi sidangnya harus dihadiri 2/3 oleh anggota MPR,” ungkap Mahfud.

Mahfud berpandangan, untuk mencapai 2/3 anggota MPR tidak mudah bila melihat konfigurasi politik yang terjadi saat ini. Karena sebagian besar partai suara terbanyak menolak perpanjangan masa jabatan presiden, seperti PDIP, Demokrat, Nasdem dan PKS.

“Ini sudah hampir separuh, endak akan ada sidang MPR,” paparnya.

Mahfud menyebut, apabila pemilu ditunda negara bisa menjadi ‘chaos’. Karena saat masa jabatan habis, belum terdapat presiden baru yang diangkat. “Karena oleh konstitusi tidak bisa diangkat,” katanya.

Dijelaskan, aturan pengangkatan presiden saat ini berbeda dengan di zaman Orde Baru yang bisa diangkat oleh MPR sebagai lembaga tertinggi negara. 

Sekarang, lanjut Mahfus, MPR hanya join session antara DPR dan DPD, sehingga tidak bisa secara sepihak mengubah aturan. 

“Jika dahulu, aturan membolehkan presiden diganti oleh wakil presiden bila berhalangan tetap. Dengan lima alasan berhalangan tetap, yaitu korupsi, penyuapan, pengkhianatan terhadap negara, melakukan tindak pidana besar dan melanggar etika,” katanya.

“Etika ini harus diatur dengan undang-undang dulu. Tanpa ini presiden tidak bisa diberhentikan. Kalau ada ini, diberhentikannya juga lewat DPR,” terang Mahfud menambahkan.

Selain itu, Mahfud juga menyampaikan bhawa pemberhentian lewat sidang DPR juga tidak mudah, dan membutuhkan waktu yang lama. Di mana akhir dari putusan DPR itu dibawa ke Mahkamah Konstitusi, dan disidang juga memerlukan waktu lama. 

“Namun, belum tentu putusannya sesuai diharapkan, bisa jadi dikembalikan ke DPR, dan sidangpun batal dihentikan,” katanya.

Dengan begitu, lanjut Mahfud, presiden bisa saja membeli 2/3 suara partai politik. Cari kesalahannya, dalam politik hal itu bisa terjadi.

Mahfud menegaskan memberhentikan presiden sekarang tidak seperti di era Orde Baru, dengan mendesak MPR untuk memberhentikan presiden. Karena saat ini diatur dalam konstitusi.

Bahkan, lanjut Mahfud, dalam konstitusi yang berlaku sekarang Presiden juga tidak bisa digantikan oleh para menteri, karena masa jabatan menteri berakhir dengan masa jabatan presiden.

“Oleh sebab itu, saya katakan jangan main-main dengan jadwal pemilu. Jangan main-main, itu mengundang chaos. Kalau saudara ingin memaksa pemilu itu ditunda,” katanya.

Menanggapi permintaan Mahfud MD, Pimpinan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Kiyai Said Aqil Siradj menyambut positif hal itu. “Top saya setuju sekali,” kata Said tegas.