Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Wayang

Kolaborasi Wayang dan Seni Budaya Aceh Pukau Ribuan Penonton di Pidie



Berita Baru, Jakarta – Masyarakat Aceh di Kabupaten Pidie terpukau dengan pagelaran seni tradisi dan budaya Nusantara yang melibatkan wayang ruwatan. Ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan yang menggabungkan seni tari Saman, Ratoeh Jaroe, Sedati, Sholawat, Seni Tutur Aceh, PMTOH, Gucheng, dan Serunai Kali bersama-sama dengan dalang wayang. Inisiatif ini merupakan bagian dari gerakan Daulat Budaya Nusantara sebagai upaya mempertahankan kekayaan budaya bangsa.

Bustami, seorang tokoh budaya masyarakat Aceh, menyampaikan kebanggaannya atas pagelaran budaya tersebut.

“Seni budaya adalah ruh dari bangsa Indonesia, kami di Aceh sangat menjunjung tinggi warisan para leluhur ini. Sebagai putra daerah, saya sangat senang sekali dengan pagelaran budaya, apalagi Dalang Wayangnya Mbah Tejo dengan lakon sejarah Pohon Hayat Malahayati, atas nama masyarakat Aceh kami merasa sangat terhormat bisa tampil bersama Wayang. Tidak hanya asa, tapi juga rasa yang membentuk budaya, tanpa asa, rasa hanya masa lalu,” ujarnya.

Pertunjukan ini menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah di Aceh, di mana seni budaya Nusantara dipadukan dengan kesenian wayang ruwatan. Sebelumnya, penampilan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan menyanyikan Indonesia Raya, diikuti dengan sholawat hadroh dan tari sedate. Kemudian, dalang wayang membawakan lakon Pohon Hayat Malahati. Acara dilanjutkan dengan Tari Saman, PMTOH, Ratoeh Jaroe, Seni Tutur Aceh, dan berbagai pertunjukan seni lainnya.

Teguh Haryono, doktor ilmu pertahanan dari Universitas Pertahanan, menyoroti pentingnya pertahanan kebudayaan sebagai kunci keberagaman bangsa Indonesia.

“Dari titik pertama Daulat Budaya Nusantara sampai dengan di titik ke lima ini, saya tambah yakin bahwa pertahanan terbaik dari bangsa Indonesia adalah kebudayaannya. Saya sempat kuatir ketika di titik ke lima ini, di Pidie menggelar wayangan, karena negeri Serambi Mekah punya Perda Syariat yang ketat, tapi ternyata soal seni budaya tidak melanggar syariat. Alhamdulillah kami diterima. Pertahanan kebudayaan adalah kunci keberagaman,” ungkapnya.

Ki Dalang Sujiwo Tejo berinteraksi dengan penonton dan bertanya tentang ciri khas Aceh. Jawaban dari penonton beragam, termasuk perempuan cantik, makanan enak, dan rencong.

Mbah Tejo kemudian menyimpulkan, “Semuanya benar, tapi yang paling tepat untuk ciri khas Aceh adalah mengusir penjajah.” Tepuk tangan penonton mengiringi jawaban tersebut.

Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian Ruwatan Nusantara yang diselenggarakan oleh gerakan Daulat Budaya Nusantara. Pidie menjadi lokasi kelima dari sembilan titik Ruwatan Nusantara yang telah direncanakan.