Ketum Lesbumi: Kebudayaan itu Ilmu dari Para Leluhur
Berita Baru, Jakarta – Ketua Umum Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU) Jadul Maula menekankan pentingnya meneladani para ulama yang meletakkan dasar-dasar Islam di nusantara dengan kebudayaan.
“Yang berbentuk duniawi, kemudian diolah menjadi satu pendidikan sehingga bisa menjadi dasar-dasar pelaksanaan ajaran agama secara manusiawi, toleran, dan bisa menggabungkan perbedaan menjadi rahmatan lil alamin. Itulah kebudayaan,” kata Ketum Lesbumi-NU, Jadul Maula.
Hal itu disampaikan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas V) Lesbumi-NU 2022, sekaligus Temu Seniman & Budayawan Muslimin Indonesia, di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (2/12).
Pria yang akrab disapa Kang Jadul itu juga menegaskan bahwa kebudayaan adalah warisan ilmu pengetahuan dari para leluhur atau pendahulu. Oleh karena itu, Rakernas Lesbumi tahun ini akan mengembangkan dan merumuskan langkah nyata menjawab tantangan kebudayaan di masa mendatang.
“Dua hari disini mencoba akan menata niat, merumuskan langkah-langkah dan membikin perencanaan meneladani para leluhur. Mengembangkannya dan kemudian bagaimana kita menjawab tantangan kebudayaan di masa yang akan datang,” tuturnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak Yogyakarta tersebut juga menyebut, kebudayaan menjadi landasan paling penting, tidak hanya untuk bangsa Indonesia, tetapi juga bagi perjalanan Nahdlatul Ulama ke depan. Sehingga dibutuhkan satu landasan untuk merumuskannya.
“Oleh karena itu, apa yang kita nanti bahasa bersama-bersama sepanjang Rakernas ini, itulah yang akan menjadi satu landasan, satu bentuk partisipasi kita kepada upaya-upaya perjuangan besar Nahdlatul Ulama yang sedang diperjuangkan oleh ketua umum KH. Yahya Cholil Staquf,” tegas Kang Jadul.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf kembali menegaskan desain PBNU Periode 2021-2026 terkait dengan lembaga lembaga-lembaga di bawahnya, termasuk Lesbumi-NU.
Menurut Gus Yahya, sapaan akrabnya, dalam merancang program kerja lembaga di PBNU menggunakan sistem hirarki kebijakan. Lembaga diarahkan untuk tidak membuat produk atau mencipta produk kegiatan di lingkungan masing-masing.
Akan tetapi, lembaga memiliki tugas mendorong tumbuhnya produk-produk kegiatan yang diperlukan oleh organisasi. Supaya sesuai dengan agenda yang ditetapkan di lingkungan jamaah NU dan lingkungan masyarakat secara umum.
“Lesbumi membangun agenda bagaimana seni-budaya ini harus dikembangkan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Membuat kebijakan-kebijakan,” pesan Gus Yahya.
Pada kesempatan itu, Ketum PBNU juga memberikan penekanan pada salah satu sisi dari fungsi seni-budaya yang selama ini berkembang di tengah masyarakat atau fungsi seni budaya yang harus dijalankan untuk kepentingan bersama.
“Kalau kita membuat desain tentang agenda seni budaya mestinya kita punya tujuan tentang apa yang kita harapkan, dihasilkan atau pengaruh dari agenda seni-budaya yang kita ciptakan,” pungkasnya.