Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kemiskinan
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto (tengah) di kantornya, Jakarta, Senin (15/7) (Gatra)

Kemiskinan Indonesia Kembali Turun



Beritabaru.co, Jakarta. – Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia hari ini, Senin (15/7) kembali merilis laporan melalui jumpa pers pada pukul 11.00 WIB di Gedung 3 Lantai 1, Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta.

Dr. Suhariyanto, Kepala BPS, menyampaikan empat materi utama yaitu: (1) Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Juni 2019; (2) Perkembangan Upah Pekerja/Buruh Juni 2019; (3) Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2019, dan (4) Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia Maret 2019.

Kepala BPS menyampaikan laporan bahwa secara umum neraca perdagangan bulan Juni 2019 surplus sebesar USD 0,20 miliar. Secara khusus sektor minyak dan gas (Migas) masih mengalami deficit USD 0,97 miliar, sedangkan sektor Non-Migas surplus USD 1,16 miliar. Namun, secara keseluruhan neraca perdagangan semester pertama 2019 (Januari s.d Juni) masih desifit sebesar USD 1,93 miliar.

Berita baik yang ia sampaikan datang dari profil penduduk miskin dan ketimpangan. Persentase penduduk miskin Indonesia turun dari 9,66 persen (25,67 juta orang) di bulan September 2018 menjadi 9,41 persen (25,14 juta orang) di bulan Maret 2019.

Begitu juga dengan ketimpangan, sebagaimana terlihat dari angka rasio gini. Pada September 2018 rasio gini tercatat 0,384, sedangkan pada bulan Maret 2019 dilaporkan turun menjadi 0,382.

“Jumlah penduduk miskin Indonesia berkurang sekitar 530 ribuan orang, dari bulan September 2018 sampai Maret 2019”. Tutur Kecuk, panggilan akrab pria lulusan University of Guelph, Canada dan University of Reading, Inggris tersebut.

Meskipun kinerja ekspor tumbuh, kemiskinan dan ketimpangan turun, masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi kedepan. Adapun tantangan yang dimaksud Kepala BPS tersebut antara lain disparitas kemiskinan yg masih tinggi antar provinsi, dan juga antar kota dan desa, perluasan akses pendidikan dan kesehatan untuk penduduk lapisan bawah, dan perlunya penajaman rumah tangga sasaran supaya bantuan sosial (Bansos) dapat tersalur lebih tepat. [Priyo Atmojo]