Kehilangan Sense of Direction: Awal Menjadi Pelaku Ghosting Di Organisasi
Berita Baru, Jakarta – Ghosting adalah sebuah praktik mengakhiri hubungan dengan cara menghilang dan menghentikan semua kontak komunikasi dengan pasangan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Selain ramai di dunia kencan, perilaku menghilang tanpa kabar ini juga mulai merambah ke dunia organisasi.
Kondisi serba online pada masa pandemi menyebabkan anggota organisasi lebih mudah meng-ghosting dibandingkan semasa serba offline. Keadaan serba daring menyebabkan anggota organisasi yang ghosting dapat menghilang tiba-tiba tanpa khawatir akan bertemu dengan salah satu anggota atau bahkan pemimpin organisasi.
Ghosting di organisasi sendiri didefinisikan dengan perilaku anggota organisasi yang tiba-tiba menghilang dan meninggalkan kewajibannya di tengah-tengah masa tugas. Mereka berhenti dalam perannya di organisasi tanpa pemberitahuan.
Efek ghosting akan membuat rencana kerja organisasi menjadi berantakan. Pekerjaan yang seharusnya diselesaikan oleh anggota tersebut akan terbengkalai dan membuat rencana kerja organisasi menjadi kacau. Selain itu, ghosting-nya anggota organisasi memunculkan perasaan gagal di diri pemimpin. Pemimpin akan merasakan dirinya kurang kompeten dalam memimpin dan mengayomi organisasi.
Perilaku ghosting di organisasi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya perasaan kehilangan sense of direction atau kehilangan arah dan tujuan di organisasi yang sedang dijalani. Namun, kondisi kehilangan sense of direction tersebut berbeda dengan kondisi lelah dalam organisasi.
Anggota yang kehilangan arah dan tujuan akan cenderung menarik diri dan menghilang. Selanjutnya, faktor penyebab perilaku ghosting lainnya adalah anggota organisasi yang merasa sudah tidak lagi dapat memberikan dan menerima manfaat dari organisasi. Penyebab lainnya adalah masalah personal dan berada di situasi yang tidak memungkinkan untuk berpamitan.
Langkah paling pertama yang perlu diambil untuk menyikapi anggota yang hilang-hilangan adalah memastikan bahwa ia masih memiliki visi yang sama dengan organisasi.
Mintalah teman satu divisinya untuk berbicara dan menanyakan keluhan yang dirasakan. Jangan langsung menegur anggota tersebut karena akan membuatnya semakin merasa tidak nyaman.
Bila hal tersebut tidak berhasil, barulah minta kepala divisi atau atasannya untuk turun tangan. Namun, apabila anggota tersebut tidak dapat terkejar, alangkah baiknya dilepaskan dan delegasikan tugasnya ke anggota yang lain. Namun, tetap ingat untuk melakukannya tanpa menambah beban dan memberatkan anggota lain.
Lantas bagaimana cara agar tidak di ghosting anggota organisasi? Berikut tipsnya:
- Peka Terhadap Kualitas Hubungan Interpersonal
Sebelum di-ghosting, ada baiknya mencegahnya dengan melihat kembali relasi antara diri sendiri sebagai pemimpin dengan anggota organisasi yang berpotensi men-ghosting.
- Pastikan Ghosting Tersebut Bukan Karena Beban Kerja yang Terlalu Banyak
Jangan sampai memberatkan anggota organisasi. Tugas dan deadline-nya haruslah menyesuaikan dengan kesibukan anggota organisasi. Caranya adalah dengan melakukan kesepakatan dengan anggota tersebut agar tugas dan deadline tidak menjadi beban.
- Jaga Alur Komunikasi
Menjaga komunikasi dengan anggota dalam ekosistem organisasi. Bangun organisasi yang memiliki rantai komunikasi yang baik melalui kepala divisi dan anggota lainnya.
- Bersikap Perhatian
Layaknya hubungan pacaran, dalam organisasi perhatian merupakan kunci utama. Seorang pemimpin organisasi haruslah memberikan perhatian kepada seluruh anggota. Bila tidak mampu dilakukan, pemimpin bisa memberikan perhatian kepada kepala divisi dan kepala divisi akan memberikan perhatian kepada anggotanya.