Jenderal Top Iran Terbunuh, Eskalasi Politik Timur Tengah Memanas
Berita Baru, Internasional – Serangan udara yang dilancarkan AS Kamis malam telah menewaskan komandan militer Iran yang paling disegani, Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
Kepergian pimpinan Pasukan Penjaga Revolusi Islam Quds itu menjadi kabar yang cukup mengejutkan di Timur Tengah dan sekitarnya.
Terbunuhnya komandan tinggi Iran Qasem Soleimani, turut memicu masyarakat untuk melakukan unjuk rasa.
Mereka meneriakkan slogan-slogan anti Amerika Serikat dan Israel, sambil memegang poster dengan gambar Qasem Soleimani yang terbunuh dalam serangan udara AS di Irak.
Menurut Phillip Smyth, seorang ahli militerisme Islam Syiah dan peneliti senior di Washington Institute, serangan tersebut adalah ‘serangan pemenggalan kepala’ yang paling besar yang pernah dilakukan AS.
Dilansir dari CNBC, Jumat (03/01), tanggapan AS terhadap pembunuhan Soleimani sangat beragam, ada yang pro dan ada yang kontra.
Adapun yang menentang, terutama lawan politik Donal Trump dari Partai Republik, mengecam serangan pembalasan tersebut.
“Sembrono, eskalasi yang berbahaya, dan balas dendam yang parah,” beberapa kata yang keluar dari para pemimpin dan politisi internasional.
Pro dan Kontra
Mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden mengatakan pada Kamis malam bahwa Soleimani “layak diadili atas kejahatannya terhadap pasukan Amerika dan ribuan orang yang tak bersalah.”
Namun disisi lain, kandidat presiden dari Partai Demokrat itu juga memperingatkan konsekuensi merugikan akibat kejadian tersebut.
“ini adalah langkah yang dapat meningkatkan ancaman di wilayah yang sudah berbahaya. Presiden Trump baru saja melemparkan sebatang dinamit ke dalam lemari es,” tulis Biden.
Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi juga mengutuk pembunuhan–yang dilakukan di Baghdad. Ia menyebutnya sebagai ‘tindakan agresi’ terhadap Irak dan ‘pelanggaran’ kedaulatan.
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah Libanon, bahkan bernadzar untuk menuntaskan apa yang dialami Soleimani. Ia mengatakaan bahwa menghukum AS adalah tanggung jawab semua pejuang Hizbullah.
Charles Michel, Presiden Dewan Eropa, mengeluarkan pernyataan serupa: “Siklus kekerasan, provokasi dan pembalasan yang telah kita saksikan di #Iraq selama beberapa minggu terakhir harus dihentikan. Eskalasi lebih lanjut harus dihindari dengan cara apa pun.”
Vermont, Senator Bernie Sanders juga mengkritisi tindakan tersebut. “Peningkatan Trump yang berbahaya membawa kita lebih dekat ke perang bencana lain di Timur Tengah yang dapat menelan korban jiwa serta kehilangan triliunan dolar lebih banyak.”
“Trump berjanji untuk mengakhiri perang, tetapi tindakan ini menempatkan kita di jalan menuju yang lain.,” kata Vermont.
Serangan udara yang menyasar Soleimani merupakan serangan balasan AS. Di mana Departemen Luar Negeri tahun lalu mengatakan, sejak 2003, proksi Iran di Irak telah menewaskan lebih dari 600 orang Amerika.