Iran dan China Merundingkan Perjanjian Strategis 25 Tahun, Menlu Iran: Tidak akan Ada Rahasia
Berita Baru, Internasional – Pada hari Minggu (6/7), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan pada parlemen baru Iran bahwa Iran telah merundingkan perjanjian strategis dalam jangka 25 tahun ke depan dengan China dan ketentuan dari perjanjian itu akan diumumkan ke publik setelah kesepakatan tercapai.
“Dengan rasa percaya diri dan keyakinan, kami sedang merundingkan kesepakatan strategis 25 tahun dengan China,” tegas Zarif selama berpidato di hadapan anggota perlemen baru Iran, mengutip SCMP.
Pidato Zarif pada hari itu merupakan pidato pertamanya sejak parlemen baru Iran disahkan pada akhir Mei.
Perundingan antara Iran dan China, dari pihak Iran akan dipimpin oleh Zarif sendiri.
Namun, anggota parlemen banyak yang mencemaskan Zarif selaku pemimpin perundingan. Mengingat, Zarif juga merupakan pemimpin perundingan dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan P5+1 dan Uni Eropa.
Kesepakatan nuklir Iran 2015 secara sederhana berisi perjanjian bahwa negara-negara sepakat akan mengurangi sanksi dan memberi bantuan kepada Iran, sementara Iran akan mengurangi dan membatasi program dan fasilitas nuklirnya.
Kaum koservatif yang mendominasi parlemen baru Iran menganggap bahwa kesepakatan itu merupakan kesepakatan yang gagal dan merugikan Iran, terutama sejak Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan kesepakatan pada tahun 2018 dan kembali memberikan sanksi keras pada Iran.
Berdasarkan hal itu, anggota parlemen banyak yang meragukan kesepakatan baru Iran dengan China. Mantan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad bulan lalu juga mengutuk negosiasi dengan China.
Tetapi pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara terbuka mengatakan bahwa ia mendukung kemitraan bilateral strategis dengan China.
Sementara itu, Zarif bersikeras bahwa tidak akan ada rahasia terkait kesepakatan baru dengan China dan akan langsung mengumumkan isi perjanjian setelah disepakati bersama.
Rencana perjanjian Iran dan China bermula sejak tahun 2016 di mana waktu itu Presiden China Xi Jinping mengunjungi Iran. Kesepakatan baru itu dianggap penting oleh pihak Iran mengingat China merupakan salah satu pasar utama bagi Iran dalam ekspor minyak di tengah sanksi keras AS.