Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hantu Komunisme

Hantu Itu Masih Bernama Komunisme



Hantu Itu Masih Bernama Komunisme
(Oleh: Ahmad Taufiq)

Opini, – Seorang kawan ditelpon bapaknya. Ia ditegur setelah sang Bapak melihat gambar palu-arit di akun fecebooknya. Alasannya khawatir kalau anaknya akan di-apa-apain sama polisi atau tentara. Sebab sebelumnya telah beredar kabar di media sosial, beberapa orang digelandang aparat karena memakai kaos bergambar palu arit milik partai komunis.

Tidak berhenti di situ, kasus demi kasus mulai bertebaran di media sosial, intinya adalah pelanggaran penggunaan atribut bersimbol komunis yang telah dilarang oleh pemerintah. Kemudian, Bapaknya berpesan agar putranya tersebut tidak macam-macam, terutama dalam menggunakan media sosial.

Tidak berselang lama, pada pagi hari sang Ibu juga menelpon, memberi pesan yang hampir sama. Kali ini percapan berlangsung lama. Ibu dari kawan saya ini memberikan cerita yang cukup panjang tentang riwayat orang-orang komunis di Indonesia.

Berupa kekerasan yang mereka alami sebagai anggota PKI juga nasib yang menimpa keluarga dan anak cucu mereka, pasca 1965. Kekerasan itu berupa penyembelihan anggota PKI di desa-desa, sampai pelarangan anggota keluarga untuk terlibat dalam organisasi sipil dan pemerintahan. Sesuatu yang lekat dalam ingatan kedua orang tua temen saya tadi, serta menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia.

Beberapa hari ini memang sedang marak aplikasi di facebook yang berisi konten membaca karakter, kepribadian, ramalan masa depan, mirip artis dan tokoh sampai partai politik yang cocok dengan pengguna akun. Tertarik dengan aplikasi tersebeut, teman saya ini mencoba beberapa aplikasi itu.

Sampai akhirnya ia mengklik konten partai politik yang cocok dengannya, lalu munculah logo PKI. Merasa tertarik, ia kemudian mempublis postingan tersebut di akun miliknya. Sebelum akhirnya, kasih sayang kedua orang tua temen saya berbicara dengan bahasa yang lebih tegas, berupa teguran.

Hantu dan Sejarah

Tiap zaman melahirkan hantunya sendiri. Apakah hantu itu memang ada dalam kenyataan atau hanya lahir dari imajinasi manusia, biarlah para psikolog dan paranormal bertengkar. Yang jelas, cerita tentang hantu selalu berkeliaran menghiasi sejarah manusia di seluruh pelosok bumi.

Ada banyak sekali varian hantu. Baik yang lokal, nasional, maupun global. Baik yang mistik maupun yang ilmiah. Yang pasti, hadirnya hantu dalam (dan ikut membentuk) sejarah tentu bukan tanpa alasan. Dalam bahasa ilmiahnya hantu itu bukan makhluk ahistoris.

Salah satu hantu paling legendaris di dunia di zaman modern ini tentu saja bernama komunisme, yang di Indonesia jadi PKI. Ia pada mula munculnya langsung menggetarkan Eropa. Dan tak tanggung-tanggung, dalam Manifetonya sendiri, Manifesto Komunis, berbunyi:

“Ada hantu bergentayangan di Eropa: hantu komunisme…”. Rupanya tak hanya di Eropa, komunisme dengan cepat berbiak dan bergentayangan ke seluruh pelosok bumi. Hingga pertengahan abad 20 separuh penduduk bumi dibawah cengkeramannya.

Di Indonesia sendiri, hantu komunisme itu hadir pada dekade kedua abad 20, dan langsung menggegerkan dunia pergerakan. Bagaimana tidak, kantong-kantong perkebunan gula, stasiun-stasiun, bahkan pesantren-pesantren, ramai dengan komunisme. Hal itulah yang membuat Belanda siaga satu dengan menerjunkan aparatusnya untuk membendung hantu ini. Dan benar, tatkala pada 1926-1927 terjadi pemberontakan oleh PKI, Belanda langsung dengan sigap menangkapinya, dan membuangnya ke Digul, dan seketika jadilah mereka Hantoe Digoel.

Begitu pula di tahun 1965, horor itu kembali datang dengan tujuh jenderal jadi tumbal pemula. Dan PKI dituduh sebagai dalangnya. Sontak, siapapun yang ada hubungannya dengan PKI, langsung dianggap musuh bangsa, dan pantas untuk segera dihantukan. Makanya waktu itu banyak sekali anggota PKI atau sekedar simpatisannya yang mati disembelihi, dan menjadi hantu beneran. Dan kemudian Orde Baru berdiri diatas narasi hantu komunisme.

Komunisme Masih Menghantui?

Setelah 1965 di Indonesia, Orde Baru memang menjadikan komunisme sebagai hantu beneran dengan level paling tinggi dari seluruh hantu yang pernah ada di Nusantara. Segala macam cara dioptimalkan agar jangan sampai hantu komunisme itu tercium baunya.

Buku-buku tentang kehantuan PKI ditulis, indoktrinasi P4 digalakkan, film G30S/PKI dibuat dan masyarakat dihimbau (hampir wajib) menonton dan mengimaninya. Dan pokoknya, narasi apapun yang sedikit saja melihat hantu itu secara lebih adil, pasti langsung disensor. Dan begitulah seterusnya hingga setelah 32 tahun Orba runtuh.

Namun, setelah melihat fenomena diatas, rupanya narasi kehantuan komunisme belum ikut lenyap. Ia masih menjadi momok bagi masyarakat. Suatu ketakutan yang dasar kenyataannya sebetulnya susah dicari kecuali bagian dari pantulan ketakutan masa silam. Entahlah.

Memang, tugas hantu adalah menghantui. Jika yang dihantui kok tidak takut, sebab bentengnya kuat atau malah jadi lebih hantu dari hantu itu sendiri, berarti hantu itu sia-sia. Hantu itu sudah harus masuk ke keranjang sampah sejarah. Nah, dalam konteks komunisme, jika ia masih dirasa sangat menghantui, apa jangan-jangan memang ia masih relevan? Biar Tuhan saja yang menjawab.

Tulisan ini diterbitkan ulang dari website TubanJogja, menyusul pemberitaan penangkapan dua pemuda di Probolinggo yang membawa buku DN. Aidit beberapa waktu lalu.

Yogyakarta, 25 Maret 2017