Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gusdurian Bolsel Sukses Gelar Diskusi, Hadirkan Ahmadi Modeong
Foto bersama usai diskusi Gus Dur dan Perjuangan Demokrasi di Indonesia, yang digelar di Perspektif Coffe, Pinolosian, Senin (20/6/2022) malam. Foto: Apri

Gusdurian Bolsel Sukses Gelar Diskusi, Hadirkan Ahmadi Modeong



Berita Baru, Bolsel – Komunitas Gusdurian Bolsel sukses menggelar diskusi keduanya yang mengangkat tema: Gus Dur dan Perjuangan Demokrasi di Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan di Perspektif Coffe, Senin (20/6/2022) malam itu menghadirkan pemantik, yakni Ketua Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Bolsel, Ahmadi Modeong.

Ahmadi menuturkan, Gus Dur adalah sosok fenomenal yang pernah ada di Indonesia. Ia sendiri mulai menggeluti pemikiran Gus Dur pasca era reformasi bergulir yang ditandai dengan jatuhnya Presiden Soeharto pada 1998 silam.

“Gus Dur adalah tokoh perekat Bangsa Indonesia. Selama menjabat sebagai Presiden keempat, Gus Dur berhasil menghindarkan Indonesia dari disintegrasi. Padahal waktu itu ada beberapa wilayah yang dimotori oleh tokoh-tokoh separatis menginginkan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Contoh seperti di Aceh. Dan Gus Dur berhasil meredam itu,” kata Ahmadi saat membuka diskusi.

Tidak sekadar mencegah disintegrasi bangsa, selama menjadi presiden, Gus Dur mengajarkan masyarakat Indonesia agar senantiasa saling menghargai perbedaan baik agama, budaya dan suku. Sebab, lanjut Ahmadi, negara Indonesia berdiri atas dasar perbedaan itu semua.

“Sehingga jangan heran mengapa, Gus Dur sosok paling terdepan dalam melakukan pembelaan terhadap kaum minoritas yang kerap kali mendapatkan diskriminasi dari negara, contoh etnis Tionghoa. Berkat Gus Dur, mereka hari ini bisa merayakan ekspresi keagamaan mereka yaitu agama Konghucu,” ujarnya.

Selain dikenal sebagai bapak pluralisme, Gus Dur juga sebagai pejuang demokrasi. Ahmadi menuturkan, dalam memperjuangkan demokrasi pada prinsipnya Gus Dur sedang menempatkan bahwa setiap masyarakat memperoleh hak yang sama di mata negara.

“Jadi negara tidak boleh mendiskriminasi seseorang, apalagi itu atas nama agama,” ucapnya.

Ahmadi bersyukur, Gusdurian telah ada di Bolsel. Sehingga dengan adanya komunitas ini paling tidak menjadi oase di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Saya berharap, diskusi Gusdurian Bolsel akan intens. Dan saya secara pribadi sangat mendukung kegiatan produktif seperti ini,” tandasnya.