Gelar Haul Gus Dur Ke-11, GUSDURian Gresik Angkat Tema Kebudayaan dan Kesusastraan
Berita Baru, Gresik – Komunitas Gusdurian Kabupaten Gresik menggelar haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan tajuk “Mozaik Pemikiran Kebudayaan dan Kesusastraan Gus Dur”, Sabtu (7/3).
Dalam rangkaian acara Haul Gus Dur XI ini diawali dengan Khotmil Qur’an dan Tahlil bersama Kiai dan Santri Ponpes Al Illiyin, kemudian dilanjutkan dengan dialog kebudayaan bersama KH. Husein Muhammad selaku Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Cirebon dan Penulis Buku Samudra Kezuhudan Gus Dur dan Inayah Wahid Putri ke-4 Gus Dur.
Selain itu, juga dilaksanakan Doa Lintas Iman, Panggung Budaya, dan Pembacaan Puisi dan Akustik bersama Edeliya Relanika Purwandi dan Club Literasi Sekolah.
Dalam acara yang digelar secara daring tersebut, Koordinator Komunitas Gusdurian Gresik Nur Khosi’ah menyampaikan harapannya agar peserta dapat menangkap materi diskusi dengan baik, sehingga dapat melestarikan dan menginternalisasikan pemikiran Gus Dur dalam dirinya.
“Dalam berdiskusi tentang Gus Dur diharapkan nanti sembilan nilai utama dalam pemikiran Gus Dur dapat dilestarikan dan diinternalisasikan dalam diri kita,” kata Khosi’ah.
KH Husein Muhammad saat menyampaikan materinya mengatakan bahwa prinsip universal tentang kehormatan manusia dan etika sosial ditemukan dalam sembilan nilai utama Gus Dur.
“Dalam buku Samudera Kezuhudan Gus Dur, saya mengurai pandangan Gus Dur terntang perlindunga terhadap hak hidup, ekspresi, kehormatan diri, berkeluarga, hak milik, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup, saya menafsirkan sejumlah perlindungan itu adalah hak-hak asasi manusia, ini adalah prinsip yang tidak berubah,” kata KH Husein.
Selain itu, Buya Husein menyampaikan bahwa dalam aturan-aturan dalam pergaulan manusia tidak boleh diskriminatif, kekerasan, pemaksaan, harus saling berbuat baik, dan memposisikan manusia setara, semua dasar ini akan berujung kepada kemaslahatan bersama.
Buya Husein juga menyinggung pemikiran Gus Dur dalam hal sistem pemerintahan. Buya Husein mengatakan jika melihat kasus yang disampaikan Gus Dur bahwa sistem pemerintahan itu bukan sesuatu yang tetap, tetapi sesuai dengan perkembangan sosial.
“Tuhan tidak menentukan sistem pemerintahan tertentu, tapi itu harus dirumuskan dalam kepentingan bersama dalam ruang kebudayaan yang berbeda-beda,” tutur Buya Husein.
Lebih lanjut, Koordinator Jaringan Komunitas Gusdurian Nasional Inayah Wahid saat menyampaikan materinya mengatakan terkait pemikiran Gus Dur dalam konteks kebudayaan.
“Ketika berbicara tentang pemikiran kebudayaan Gus Dur seringkali kita sibuk mengacu pada ide-ide atau pemikiran yang luar biasa besar, tapi seringkali kita tidak sadar yang paling mudah terlihat dan paling mudah terlihat adalah soal sikap,laku, dan perbuatan.
Inayah menegaskan, ketika berbicara mengenai sembilan nilai Gus Dur pada akhirnya adalah berbicara soal laku, bukan lagi berbicara soal gagasan-gagasan besar.
“Saya menyadari bahwa hal tersebut adalah Gus Dur tidak berfokus pada dirinya sendiri, namun berfokus kepada sesuatu yang lebih besar dan penting. Gus Dur tidak hanya mewariskan gagasan, namun kepentingan yang jauh lebih besar bagi masyarakat yang dapat memberikan dampak yang berbeda,” jelas Inayah.
Maka, menurut Inayah, sembilan nilai yang dibawa Gus Dur dapat menjadi pegangan dan panduan dalam membaca literasi sosial saat ini.
“Kalau hari ini orang mengenal Gus Dur sebagai orang yang pluralis, bahkan membela yang bukan kelompoknya sendiri, semata karena fokusnya pada kebaikan bersama,” pungkas Inayah.