China dan Taiwan Memanas, Australia Terus Memantau dengan Patroli di Laut China Selatan
Berita Baru, Internasional – Kapal dan pesawat militer Australia akan terus berpatroli di Laut China Selatan di tengah situasi yang tegang antara dua negara, Beijing dan Taiwan.
China, seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (29/1), memperingatkan bahwa deklarasi kemerdekaan Taiwan berarti “perang”.
Pemerintah Australia terus memantau dengan cermat perkembangan di wilayah Laut China Selatan usai Taiwan melaporkan peningkatan pesawat militer China di zona pertahanan udaranya, dan Beijing menghardik pasukan kemerdekaan agar tidak “bermain api.”
Akhir pekan lalu, militer AS mengumumkan bahwa kelompok kapal induk AS telah memasuki Laut China Selatan sebagai upaya untuk memproklamirkan “kebebasan laut”.
Juru bicara Departemen Pertahanan Australia mengatakan: “Kapal dan pesawat Australia akan terus menggunakan hak berdasarkan hukum internasional atas kebebasan navigasi dan penerbangan, termasuk di Laut China Selatan, dan kami mendukung pihak lain untuk melakukan hal yang sama.”
Situasi ini turut menjadi perhatian global, menteri perdagangan Selandia Baru mencoba meredakan ketegangan dengan mengatakan bahwa Australia harus menunjukkan rasa hormat kepada China.
“Di Taiwan, kami menyadari situasinya dan terus memantau perkembangan.”
Komentar itu muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang kedatangan kelompok kapal induk AS, apakah Australia meminta pemerintahan Biden untuk bergabung dengannya di Laut China Selatan atau sedang melaksanakan latihannya sendiri.
Pemerintah Australia percaya bahwa Australia memiliki kepentingan besar dalam stabilitas Laut China Selatan, sebagian karena volume perdagangan yang besar yang melalui kawasan tersebut.
Di tengah ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut, Taiwan yang berpemerintahan sendiri telah melaporkan peningkatan pesawat militer China di zona pertahanan udaranya sejak akhir pekan lalu.
Enam pesawat, termasuk empat jet tempur J-10, terbang di dekat Kepulauan Pratas yang dikendalikan Taiwan di ujung atas Laut Cina Selatan pada hari Kamis, menurut laporan Reuters mengutip kementerian pertahanan Taiwan.
Wu Qian, juru bicara kementerian pertahanan China, mengatakan pada hari Kamis bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari China dan kegiatan militer China di Selat Taiwan merupakan tanggapan yang serius atas campur tangan pasukan eksternal dan provokasi oleh ‘kemerdekaan Taiwan.’
Menurut ringkasan kementerian pertahanan China saat konferensi pers bulanan, Wu juga mengatakan akan memperingatkan pasukan kemerdekaan untuk tidak ‘bermain api’ karena akan membakar diri mereka sendiri, dan mendeklarasikan ‘kemerdekaan Taiwan’ tidak berarti apa-apa selain perang.
Dalam hal ini, posisi pemerintah Australia adalah mendukung upaya rekonsiliasi dari kedua belah pihak atas masalah regional lainnya melalui dialog dan tanpa ancaman atau penggunaan kekerasan atau paksaan.
Pemerintah juga menegaskan bahwa kepemimpinan Amerika di Indo-Pasifik dipersilakan untuk menegakkan aturan, norma, dan standar di kawasan.
Menteri pertahanan Australia, Linda Reynolds, mengatakan bahwa: “Australia dan AS akan terus bekerja berdampingan dengan sekutu dan mitra untuk mempertahankan wilayah yang aman, makmur, inklusif dan berbasis aturan ”.
Pentagon mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa menteri pertahanan AS telah menekankan pentingnya mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, yang didirikan di atas hukum dan norma internasional yang ada di kawasan yang bebas dari perilaku jahat.
Baik Pentagon maupun Reynolds tidak secara langsung menyebut China, tetapi Australia telah berselisih dengan mitra dagang terbesarnya atas berbagai masalah termasuk militerisasi Beijing atas fitur-fitur yang disengketakan di Laut China Selatan dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di Hong Kong.
Greg Moriarty, kepala departemen pertahanan Australia, mengatakan bulan lalu bahwa China telah melakukan tindakan yang “mengganggu,” memperumit lingkungan keamanan Australia melalui aktivitasnya di Laut China Selatan.
Presiden AS, Joe Biden, telah menghubungi sejumlah pemimpin dunia sejak menjabat pekan lalu dan diperkirakan akan segera memanggil perdana menteri Australia, Scott Morrison.