Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Catatan Satu Tahun Yenny Wahid Berjuang Agar Garuda Tetap Terbang

Catatan Satu Tahun Yenny Wahid Berjuang Agar Garuda Tetap Terbang



Berita Baru, Jakarta – Yenny Wahid blak-blakan soal kondisi keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk hingga mendorongnya untuk mengundurkan diri dari jabatan komisaris independen perusahaan tersebut.

Salah satunya terkait utang perusahaan yang terus bertambah Rp1 triliun perbulan. “Garuda Indonesia menjadi salah satu yang terpukul akibat covid-19,” kata Yenny, dikutip dari channel Youtube-nya dengan judul ‘Berjuang Agar Garuda Tetap Terbang’, Jumat (13/8).

Menurut Yenny, semenjak ia menjabat sebagai Komisaria Independen Garuda sudah mempunyai utang. “Garuda dari awal masih terbebani dengan utang, sejak pandemi utang tambah lagi,” ujarnya.

Yenny menjelaskan jumlah utang terus bertambah lantaran pendapatan Garuda Indonesia minus selama covid-19. Alhasil, perusahaan beberapa kali melakukan penundaan pembayaran, sehingga bunga utang bertambah.

“Setiap bulan bahkan ada penambahan utang Rp1 triliun seiring dengan penundaan pembayaran dan minus pendapatan Garuda setiap bulan,” ujar Yenny.

Ia memaparkan pendapatan Garuda Indonesia minus US$60 juta atau setara Rp860 miliar. Sementara, perusahaan harus membayar sewa pesawat sebesar US$56 juta, biaya perawatan pesawat US$20 juta, avtur US$20 juta, dan biaya pegawai US$20 juta.

“Sebagai komisaris independen saya bersama komisaris yang lain dan direksi terus berupaya agar Garuda Indonesia tetap terbang meski kondisinya seperti ini,” jelas Yenny.

Yenny pun mengibaratkan Garuda Indonesia seperti seseorang yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan dan terkena covid-19. Artinya, kondisi perusahaan semakin parah ketika pandemi melanda dunia.

“Contoh penyakit bawaan Garuda ada pengadaan pesawat yang bermasalah, dampaknya dirasakan sampai sekarang,” ucap Yenny.

Selain itu, beberapa pesawat Garuda Indonesia tidak cocok untuk perusahaan. Dengan demikian, Garuda Indonesia selalu merugi ketika pesawat diterbangkan.

“Masalahnya biaya yang menyangkut pesawat adalah biaya terbesar Garuda. jadi efeknya terasa,” katanya.

Untuk itu, dewan komisaris dan direksi menyusun empat langkah untuk memperbaiki Garuda Indonesia. Pertama, restrukturisasi finansial, efisiensi biaya, perbaikan layanan, dan penyederhanaan proses bisnis.

“Saya pribadi juga dorong ada migrasi sistem IT di Garuda. Kalau sudah dilakukan migrasi maka Garuda bisa hemat lebih dari Rp1 triliun setiap tahun,” terang Yenny.

Selain itu, perusahaan juga memotong gaji karyawan. Semakin tinggi jabatannya, maka potongannya akan semakin besar.

“Yang tinggi posisinya komisaris dan direksi maka dipotong paling tinggi,” imbuh dia.

Bahkan, sambung Yenny, dewan komisaris sempat mengusulkan untuk menghentikan pembayaran gaji untuk mereka pada Juni 2021 lalu. Hal ini demi meringankan beban keuangan Garuda Indonesia.

“Saya percaya jajaran komisaris dan direksi lainnya akan bisa melanjutkan upaya yang telah kita rancang bersama untuk menyelamatkan Garuda. Walaupun tidak lagi bersama, saya akan selalu ada untuk Garuda apabila pikiran dan tenaga saya dibutuhkan,” tukas Yenny dalam caption unggahannya.