BNPB Ungkap Tiga Faktor Penyebab Banjir Luwu Utara
Berita Baru, Jakarta – Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan dari analisis sementara ada tiga faktor yang mengakibatkan banjir bandang terjadi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Menurut dia, dua hari lalu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo langsung meninjau lokasi banjir bandang di Luwu Utara. “Beliau menyampaikan ada tiga hal yang cukup penting untuk memperhatikan bagaimana banjir bandang di Luwu Utara terjadi,” kata Raditya dalam Konferensi Pers yang akan dilaksanakan secara virtual, Minggu (19/7).
Pertama adalah curah hujan yang cukup tinggi. Kedua, peralihan fungsi lahan. Ketiga, memang ada daerah dalam patahan yang mengakibatkan kondisi formasi di kawasan hulu lemah sehingga memudahkan menjadi faktor.
Dalam dua tahun terakhir, Sulawesi Selatan mengalami dua kali peristiwa banjir bandang. Kejadian pertama terjadi di Makassar yang merenggut korban hampir 100 orang. Hal ini terjadi akibat alih fungsi lahan di bagian selatan.
Perubahan ekosistem dan alih fungsi lahan di bagian selatan, yang semula kawasan hutan lindung berubah jadi kawasan pertanian semusim, khususnya tanaman jagung.
Ini harus menjadi perhatian dan meningkatkan kesadaran kolektif bahwa ketika jumlah penduduk semakin bertambah dan kebutuhan lahan pertanian semakin banyak, masyarakat harus tetap menjaga keseimbangan alam.
Terkait bencana ini, jelas dia, Bupati Luwu Utara pun telah menetapkan tanggap darurat selama 30 hari terhitung 14 Juli 2020.
Personil tim gabungan dari SAR, TNI/Polri, Basarnas, BPBD, PMI, Tagana, Damkar, Dinas Kehutanan, relawan dan masyarakat sekitar pun fokus melakukan evakuasi dan pencarian korban hilang.
Khususnya bagi warga yang masuk dalam kategori rentan seperti lansia, ibu hamil dan balita, pemerintah daerah setempat pun telah memfasilitasi pelayanan kesehatan tambahan bagi mereka.
“Ini memudahkan bagi tim yang melakukan bantuan dalam hal logistik dan seterusnya bisa terlaksana dengan baik,” jelas dia.
Para relawan pun tetap membantu para pengungsi untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Relawan membagikan masker dan handsanitizer di tenda- tenda pengungsian.
“Relawan cukup banyak dan tetap melaksanakan protokol kesehatan mencegah Covid-19,” ujar dia.
Banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara pada 13 Juli 2020 terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak tanggal 12 sampai 13 Juli 2020 yang menyebabkan Sungai Rongkong, Sungai Meli dan Sungai Masamba meluap.
Bencana ini mengakibatkan 36 korban meninggal dunia, 40 orang hilang, 58 korban luka- luka dan 14.483 orang mengungsi.