Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Foto: AFP.
Foto: AFP.

Berhasil Usir Pasukan Tigrayan, Tentara Pemerintah Ethiopia Tidak Akan Masuk Lebih dalam ke Tigray Untuk Saat Ini



Berita Baru, Addis Ababa – Tentara pemerintah Ethiopia tidak akan masuk lebih dalam ke Tigray untuk saat ini lantaran pihaknya berhasil usir pasukan Tigrayan di wilayah Amhara dan Afar, kata pejabat negara.

Kepala Dinas Komunikasi Pemerintah, Legesse Tulu mengatakan tentara federal dan sekutunya telah membuat kemajuan yang kuat dalam beberapa pekan terakhir.

Pihaknya mengaku telah berhasil merebut kembali kota-kota besar di wilayah Amhara dan Afar yang berdekatan yang telah direbut oleh pejuang Tigrayan awal tahun ini hingga membuat pasukan Tigrayan terpaksa mundur ke wilayah asal mereka.

“Operasi tahap pertama untuk mengusir kelompok teroris dari daerah yang diserbu telah berakhir dengan kemenangan,” kata Legesse Tulu mengacu pada pengusiran pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) atau Tigrayan, mengutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, pasukan Tigrayan berhasil menguasai wilayah Amhara dan Afar selama beberapa dekade sebelum Abiy Ahmed menjadi perdana menteri pada 2018.

“Pada saat ini keinginan dan kemampuan musuh [untuk terlibat dalam perang] sangat hancur,” imbuhnya.

Pengumuman pemerintah bahwa tentaranya tidak akan mengejar pasukan Tigrayan ke wilayah asal mereka bisa menjadi pembuka yang mendorong gencatan senjata dan negosiasi untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 13 bulan.

“Pemerintah akan mengambil langkah lebih lanjut untuk memastikan bahwa keinginan [pasukan Tigrayan] tidak akan muncul lagi di masa depan. Untuk saat ini, pasukan Ethiopia diperintahkan untuk mempertahankan daerah yang telah dikuasainya,” kata Legesse Tulu.

Pasukan pemerintah tinggal di Tigray selama delapan bulan pertama perang, sebelum mundur pada bulan Juni menyusul banyaknya korban di medan perang.

Pasukan Tigrayan kemudian menyerbu wilayah Amhara dan Afar pada bulan Juli, dengan mengatakan mereka ingin mendobrak blokade bantuan kemanusiaan di Tigray.

Namun pasukan Tigrayan mundur pada bulan Desember setelah juga menderita banyak korban di medan perang.

Pemerintah Ethiopia juga membantah tuduhan PBB bahwa mereka memblokir bantuan makanan ke Tigray yang dilanda kelaparan.

Awal pekan ini, pemimpin pasukan Tigray mengatakan para pejuangnya telah diperintahkan untuk mundur kembali ke Tigray.

“Saya telah memerintahkan unit-unit Tentara Tigray yang berada di luar perbatasan Tigray untuk segera mundur ke perbatasan Tigray,” kata Debretsion Gebremichael dalam sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Debretsion mengusulkan gencatan senjata segera untuk diikuti dengan negosiasi. Dia juga mengusulkan pembentukan zona larangan terbang di atas Tigray untuk mencegah serangan udara di wilayah tersebut dan pengenaan embargo senjata internasional terhadap Ethiopia dan Eritrea.

Akan tetapi, serangan udara di Tigray terus berlanjut. Pada hari Rabu (23/12), serangan udara menghantam gardu listrik di ibukota regional Mekelle, menurut media regional dan dua sumber kemanusiaan di sana mengatakan kepada kantor berita Reuters.

Satu sumber mengatakan rekan-rekannya berada di rumah sakit dengan pekerja yang terluka dari gardu induk.

Serangan udara itu membahayakan akses listrik di wilayah utara, yang sudah berkurang setelah 13 bulan konflik dengan pemerintah federal. Listrik di Mekelle telah padam sejak serangan itu, kata sumber-sumber kemanusiaan kepada Reuters.

Baik Legesse maupun juru bicara militer Kolonel Getnet Adane tidak menanggapi permintaan komentar atas serangan itu.

Akses ke jaringan listrik dan komunikasi nasional ditutup di Tigray setelah pasukan federal meninggalkan wilayah itu pada akhir Juni.

Tigray memiliki akses yang sangat terbatas ke pasokan listrik regional sejak saat itu. PBB telah mendesak pemerintah Ethiopia untuk memulihkan listrik ke wilayah tersebut.

Militer pemerintah Ethiopia tampaknya telah diperkuat oleh drone bersenjata udara yang dibeli dari China, Turki dan Uni Emirat Arab, kata William Davison, dari International Crisis Group.

“Pasukan Tigray tampaknya berada dalam posisi melemah setelah menyerahkan semua wilayah yang mereka kuasai,” kata William Davinson.

Konflik brutal antara pasukan Tigrayan dan pasukan Pemerintah Ethiopia telah menewaskan puluhan ribu orang.

Konflik itu juga menyebabkan serangkaian pelanggaran, termasuk pembantaian dan pemerkosaan.

Konflik berkepanjangan itu juga telah meninggalkan krisis kemanusiaan yang parah, dengan jutaan orang mengungsi dan membutuhkan bantuan.