Belum Pernah Terjadi Sebelumnya, Dewan Kerjasama Teluk Kunjungi China Bahas Perdagangan Bebas
Berita Baru, Beijing – Menteri luar negeri dari Arab Saudi, Kuwait, Oman dan Bahrain bersama dengan Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC) Nayef bin Falah al-Hajrah telah tiba di ibu kota China, Beijing pada Senin (10/1), sebuah kunjungan “yang belum pernah terjadi sebelumnya secara historis,” menurut kantor media Global Times.
Pertemuan tersebut diharapkan dapat membuat terobosan dalam negosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara China dengan GCC.
Melalui diskusi tentang FTA dan kerjasama bilateral lainnya, anggota GCC mencari jalan yang paling menguntungkan bagi kelompok dengan kekuatan besar termasuk China, AS dan Rusia.
GCC juga diharapkan untuk membahas penguatan hubungan energi dengan China.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah berusaha untuk meningkatkan hubungannya dengan negara-negara Teluk, dengan Presiden Xi Jinping pada tahun 2014 bertujuan untuk menggandakan perdagangan dengan kawasan tersebut pada tahun 2023.
“Kunjungan itu sangat penting, dan itu mungkin menghasilkan hasil positif untuk FTA China-GCC, setelah negosiasi dimulai pada 2004, tetapi sejauh ini tidak terlalu berhasil,” kata Li Shaoxian, direktur Institut China untuk Studi Arab di Ningxia Universitas, mengatakan kepada Global Times pada hari Minggu.
Kesepakatan potensial pertama kali diajukan pada tahun 2004, dengan kedua belah pihak membahas pada bulan Maret tahun lalu kemungkinan untuk melanjutkan negosiasi.
Sementara itu, seorang peneliti di Institut Studi Asia Barat dan Afrika di Akademi Ilmu Sosial China, Yin Gang setuju bahwa kunjungan GCC itu belum pernah terjadi sebelumnya.
“Jauh dari pembicaraan normal dalam kunjungan reguler, kunjungan kolektif yang belum pernah terjadi sebelumnya dan langka oleh negara-negara GCC ini kemungkinan akan membawa pernyataan kerja sama bilateral praktis atau kemajuan besar dalam negosiasi FTA,” katanya.
Selain itu, Yin juga mengatakan bahwa hal itu sudah wajar mengingat Iran juga tengah berupaya menjalin kerjasama dengan China.
“Terutama setelah China menandatangani perjanjian 25 tahun dengan Iran pada 2021 untuk meningkatkan kerja sama komprehensif, anggota GCC merasa jauh lebih mendesak untuk memperkuat hubungan dengan China melalui penandatanganan perjanjian dan dokumen penting juga,” imbuh Yin.
Yin juga menambahkan bahwa kerjasama antara China dan GCC adalah win-win dan saling dibutuhkan, karena China juga menginginkan anggota GCC, yang memiliki cadangan devisa besar, untuk berinvestasi lebih banyak di China dan meningkatkan industri yang benar-benar perlu dikembangkan China.
Namun, yang menjadi sorotan adalah kunjungan itu dilakukan di tengah gejolak di negara tetangga Kazakhstan yang menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan energi China.
Diketahui China telah lama berinvestasi besar-besaran dalam industri energi Kazakhstan yang kaya minyak dan gas, menurut laporan Al Jazeera.
Presiden China Xi Jinping memuji tindakan ‘tegas’ pemerintah Kazakhstan terhadap pengunjuk rasa sebagai sesuatu yang “sangat bertanggung jawab” dalam sebuah pesan kepada pemimpin Kassym-Jomart Tokayev pekan lalu.
Dia menambahkan bahwa Beijing bersedia “memberikan dukungan” jika diperlukan, media pemerintah melaporkan.