AMAN Indonesia Desak Dunia Internasional Tidak Diam Persoalan Afghanistan
Berita Baru, Jakarta – Setidaknya 17 orang terbunuh dan 41 orang luka-luka akibat aksi tembakan yang terjadi di Kabul, Afghanistan pada hari ini, Sabtu (04/09).
Mengutip dari Reuters, tembakan tersebut merupakan tembakan perayaan, setelah Taliban mengklaim berhasil merebut satu-satunya daerah Afghanistan yang belum ditaklukkan, Lembah Pansjhir.
Beberapa kejadian seperti diatas semakin membenarkan asumsi orang bahwa Taliban tidak bisa dipercaya. Di saat yang bersamaan, kejadian di atas bertolak belakang dengan janji Taliban yang disampaikan pada konferensi pres pertama, Kamis lalu (19 Agustus 2021). Juru bicara Afghanistan. Dalam konferensi press tersebut, akan menghormati dan memuliakan perempuan, memberikan amnesti kepada semua orang.
Dari berita yang dihimpun, seorang perempuan yang berprofesi sebagai ginekolog dan bekerja di rumah sakit di Kabul berkata mereka tidak terganggu oleh kekacauan politik. Bahkan, Taliban juga berjanji akan melindungi perempuan tapi dalam kerangka syariah islam. Di Afganistan, terdapat 250 kursi di parlemen, sebanyak 27% merupakan kursi untuk perempuan. Pada pemerintahan sebelumnya, terdapat 69 perempuan yang menjadi anggota parlemen. Namun tidak ada perempuan dalam hierarki Taliban dan belum jelas apakah mereka akan membentuk pemerintahan yang inklusif.
Baru-baru ini, Taliban bahkan memasang tirai di ruang kelas untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, tak ada pejabat perempuan di kabinet baru pemerintahan Afghanistan yang dikuasai Taliban. Ketika berkuasa dulu, ada banyak lagi aturan Taliban yang mengekang perempuan. Bahkan perempuan tak boleh bertemu teman laki-laki di atas 12 tahun.
Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, dunia internasional tidak boleh membiarkan rakyat Afghanistan, khususnya perempuan dan anak mengalami kesengsaraan. Serta menanggung dosa politik. Dunia internasional haruslah memastikan bahwa dibawah bentuk pemerintahan apapun, rakyat Afghanistan membutuhkan dukungan untuk pemenuhan hak hidup. Anak-anak perempuan bisa bersekolah di publik, perempuan mendapatkan kebebasan dalam bekerja dan menentukan pakain yang cocok buat mereka.
”Jika kita lihat saat ini Taliban menyampaikan retorika yang indah tentang masa depan Afghanistan, hendaknya kita bisa membedakan antara janji dan realitas masa lalu,” ungkapnya.
The Asian Muslim Action Network (AMAN ) dan jaringan masyarakat sipil akan menyelenggarakan Open Mic untuk Afghanistan dengan tema “Sikap Indonesia untuk Perlindungan Perempuan di Afghanistan; Perspektif Perempuan”. Hal ini dilakukan untuk menampung aspirasi perempuan Indonesia tentang sikap dan peran Indonesia dalam merespon Afghanistan.
”Kami, AMAN dan jaringan menyerukan kepada Presiden Joko Widodo, untuk tetap mendengarkan hati nurani, bahwa memperhatikan nasib perempuan dan anak-anak menjadi bagian dari keikutsertaan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia dan mewujudkan keadilan sosial,” ungkapnya.
Dalam gerakan ini, ungkapnya, AMAN dan Jaringan mendorong agar Kementerian Luar Negeri tetap memikirkan dan meredesain model intervensi kemanusiaan yang mengintegrasikan semangat moderasi beragama. Hal ini dilakukan agar setiap bantuan kemanusiaan Indonesia untuk Afghanistan mengandung upaya transformasi Islam yang lebih terbuka.