Alih Fungsi Lahan Ancam Sektor Pertanian di Gresik, Forkot Ajak Dialog Pemerintah Bahas Solusi
Berita Baru, Gresik — Fenomena konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi masalah cukup serius dialami oleh petani Kabupaten Gresik. Menyikapi kondisi itu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Kota (Forkot) Gresik mengundang pejabat tinggi di Kabupaten Gresik dalam sebuah acara dialog publik di rumah makan bandeng Elan dua, Senin (03/05).
Dialog bertajuk “Petani Di Persimpangan Jalan (Antara Godaan Alih Fungsi Lahan dan Minimnya Kesejahteraan)” itu bertujuan untuk mengajak duduk bareng membahas terkait solusi atas kondisi yang saat ini dirasakan petani di Kabupaten Gresik.
Diantara yang hadir adalah Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani, Ketua DPRD Gresik, H. Much Abdul Qodir, Praktisi dan Pakar Inovasi Pertanian Dr Herman Maulana, serta puluhan pimpinan LSM, Ormas, dan Organisasi Mahasiswa di Kabupaten Gresik.
Dalam paparannya, Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani mengaku telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menambah ketersediaan pupuk petani. Sebab selama ini, permasalahan tersebut masih jadi keluhan para petani.
“Salah satunya problem ini adalah soal pupuk, terutama ketersediaan pupuk subsidi yang kemarin dalam e-RDKK 2021 hanya diacc 30 persen oleh pemerintah pusat,” tuturnya.
Bupati millenial itu tak ingin pemerintah daerah tinggal diam. Sebagai langkah awal, Gus Yani sapaan akrab Fandi Ahmad Yani menyatakan siap menebus pupuk non subsidi, kemudian disalurkan kepada petani dengan harga subsidi.
“Salah satunya dengan subsidi pupuk dari pemerintah daerah, dari APBD. Kita akan uji coba dengan menebus pupuk non subsidi, lalu disalurkan kepada petani dengan harga subsidi sehingga bisa menambah ketersediaan pupuk terjangkau,” tutur Gus Yani.
Disisi lain, pemerintah Kabupaten Gresik di era kepemimpinan Bupati Gus Yani mempunyai program Gresik Agropolitan yang akan melibatkan petani dengan sistem produksi dan pemasaran terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Secara rinci, kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gresik Eko Anindito Putro menjelaskan, program itu sebagai upaya integrasi sistem pertanian sehingga terwujud produktifitas hasil tani dengan biaya bahan baku yanglebih ekonomis.
“Sesuai program nawakarsa Pak Bupati, salah satunya Gresik Agropolitan, kita akan integrasikan sistem pertanian seperti sistem industri, namun petani tidak perlu mengeluarkan biaya terlebih dahulu. Kita ajak industri bidang pertanian di Gresik terlibat, begitu juga industri yang membutuhkan bahan baku dari hasil pertanian, kita akan ajak menyerap bahan baku dari petani di Gresik,” urai Eko.
Salah satu praktisi dan pakar inovasi pertanian, Dr Herman Maulana menuturkan, pentingnya inovasi dan riset untuk menghasilkan varian tanaman yang unggul dan lebih produktif serta peremajaan lahan melalui pupuk organik. Selain itu Herman menekankan perlunya kerjasama antar corporate (terutama di bidang pertanian dan produk turunannya) dan petani yang difasilitasi Pemerintah Daerah.
“Agar program yang dicanangkan bisa berkelanjutan dan tidak membebani APBD, baiknya menggandeng swasta dibidangnya,” pesan Herman.
Praktisi yang menemukan bibit unggul durian tanpa musim bersama petani dampingannya itu memamerkan hasil riset tanaman lada yang tahan air dan lebih kuat. Dengan harapan hasil uji cobanya dapat diadopsi Pemerintah Kabupaten Gresik.
“Telah kami lakukan (penanaman) di Bawean dan Bungah,” tutup Herman.