Kasus HIV & AIDS di Kota Tangerang Memerlukan Sinergi dan Pendekatan Multidimensi
Berita Baru, Jakarta – Yayasan Bina Muda Gemilang bersama 11 organisasi masyarakat sipil lainnya menggelar konferensi pers untuk membahas tingginya kasus HIV & AIDS di Kota Tangerang. Dalam acara ini, dipaparkan bahwa kasus HIV & AIDS masih menjadi persoalan serius di wilayah tersebut, dengan jumlah kasus mencapai 515.455 pada tahun 2022 dan sedikit perbedaan pada 2024
Program Manajer Konsil LSM Indonesia, Sarwitri menekankan bahwa mayoritas kasus terjadi pada kelompok usia produktif, yakni 25-59 tahun, dengan mayoritas penderita adalah laki-laki.
“Kasus ini sangat memprihatinkan karena mayoritas terjadi pada usia produktif. Secara regulasi, penanggulangan HIV & AIDS sebenarnya sudah didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah,” ujar Sarwitri.
Beberapa regulasi yang mendukung penanganan HIV & AIDS antara lain UU No. 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah, UU No. 12 Tahun 2023 tentang Kesehatan, hingga berbagai peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang relevan. Namun, menurut Sarwitri, pelaksanaan kebijakan ini seringkali kurang optimal karena adanya kesenjangan dalam sinergi antara pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya perhatian lintas sektor dalam penanggulangan HIV & AIDS. “Saat kami bersurat ke Bappeda Kota Tangerang dan DPR, kami justru dialihkan ke Dinas Kesehatan. Padahal, masalah ini tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga menyangkut pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan ekonomi,” jelas Sarwitri.
Kota Tangerang sebagai area penyangga (border area) seharusnya memiliki kesiapan yang lebih baik dalam penanggulangan HIV & AIDS. Sarwitri mengungkapkan bahwa pemerintah perlu memahami pendekatan komprehensif untuk menangani masalah ini.
Sarwitri menekankan pentingnya pelibatan stakeholder terkait dalam penanggulangan HIV & AIDS, termasuk mengaktifkan kembali Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), memberikan pembekalan kepada Warga Peduli AIDS (WPA), dan meningkatkan sosialisasi kesehatan reproduksi di sekolah dan pondok pesantren. “Dukungan lintas sektor sangat penting untuk keberhasilan penanganan masalah ini,” tutupnya.
Daftar Organisasi yang Terlibat
Konferensi pers ini dihadiri oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil, antara lain:
- Yayasan Bina Muda Gemilang
- Yayasan Wahana Cita Indonesia
- Yayasan Cita Andaru Bersama
- Yayasan Mutiara Maharani
- Jaringan Indonesia Positif Banten
- Drugs Policy Reform
- Forum Komunikasi Peduli HIV AIDS Tangerang Bersatu
- KDS Perwata (Kelompok Sampingan Sebaya)
- Ikatan Perempuan Positif Indonesia Banten
- KDS Bougainville Sehati
- OPT Setara (Organisasi Penyintas TB)
- Organisasi Perubahan Sosial Indonesia Banten
Melalui diskusi ini, diharapkan kesadaran tentang pentingnya penanggulangan HIV & AIDS dapat ditingkatkan, dengan kolaborasi erat antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor terkait untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan inklusif.