NDB Perluas Penggunaan Mata Uang Lokal untuk Dukung Pembangunan Berkelanjutan
Berita Baru, Afrika Selatan – New Development Bank (NDB) berniat memperluas penggunaan mata uang lokal guna membiayai pembangunan berkelanjutan perekonomian emerging dan negara-negara berkembang, kata Presiden NDB Dilma Rousseff, seperti dilansir dari laman Xinhua News pada Minggu (1/9/2024).
Rousseff menyampaikan hal tersebut pada acara pembukaan di hari kedua Pertemuan Tahunan NDB ke-9, yang diselenggarakan dengan tema “Berinvestasi pada Masa Depan yang Berkelanjutan” (Investing in a Sustainable Future) pada 29-31 Agustus di Cape Town, ibu kota legislatif Afrika Selatan (Afsel).
Dalam pidatonya, Rousseff menekankan bahwa emerging market dan negara-negara berkembang menghadapi berbagai tantangan yang signifikan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. “Bagi kami, transisi yang adil membutuhkan sumber daya yang sangat besar dan pembiayaan jangka panjang,” katanya.
Namun, Rousseff menyatakan bahwa tampaknya tidak mungkin memobilisasi lebih banyak investasi untuk pembangunan berkelanjutan tanpa mengatasi masalah utang, yang menjadi beban eksesif bagi negara-negara berkembang.
Untuk itu, menurutnya, ada dua hal yang perlu dilakukan. Yang pertama, menyalurkan likuiditas internasional ke negara-negara berkembang dan mengurangi beban suku bunga yang tinggi. Yang kedua, mengembangkan berbagai alternatif, seperti pembiayaan mata uang lokal, untuk meningkatkan ruang fiskal bagi investasi.
“Oleh karena itu, penggunaan mata uang lokal merupakan salah satu pilihan strategis,” kata sang presiden NDB. “Dengan mempromosikan transaksi dalam mata uang lokal, kami juga memfasilitasi pertumbuhan investasi, membantu pemerintah dan sektor swasta mengatasi ketidakcocokan arus kas antara proyek dan pembiayaan. Pendekatan ini memberikan prediktabilitas yang lebih besar dan mengurangi biaya tinggi yang terkait dengan kebutuhan lindung nilai (hedging).”
“Itulah sebabnya memperluas penggunaan mata uang lokal merupakan salah satu tujuan strategis utama NDB untuk periode 2022-2026,” ujar Rousseff. “Bank ini menerapkan platform yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dengan mata uang lokal dan mengakui urgensi untuk menyediakan pembiayaan hijau bagi negara-negara anggota. Oleh karena itu, NDB berencana menyediakan 30 persen dari total pembiayaan dalam mata uang lokal anggota peminjam.”
Di akhir upacara pembukaan tersebut, NDB menandatangani perjanjian pinjaman senilai 5 miliar rand (1 rand Afsel= Rp871) atau sekitar 281,5 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.409) dengan Transnet, perusahaan logistik negara Afsel, untuk “mendukung modernisasi dan peningkatan sektor kereta barang Afsel.”
BRICS merupakan akronim dari mekanisme kerja sama emerging market yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afsel. Didirikan pada 2015 oleh negara-negara BRICS dan berkantor pusat di Shanghai, NDB merupakan bank pembangunan multilateral yang bertujuan memobilisasi sumber daya untuk proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara anggota BRICS dan perekonomian emerging market lainnya serta negara-negara berkembang.