Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Warga Poco Leok NTT Berjuang untuk Pertahankan Wilayah Hidupnya
Warga Poco Leok tolak rencana perluasan penambangan panas bumi PLTP Ulumbu ke wilayah Poco Leok, Kecamatan Satar Mese

Warga Poco Leok NTT Berjuang untuk Pertahankan Wilayah Hidupnya



Berita Baru, Jakarta – Penolakan warga terhadap rencana perluasan penambangan panas bumi PLTP Ulumbu ke wilayah Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus memanas.

Hari ini, pihak PT PLN yang didampingi oleh aparat kepolisian dari Polres Manggarai berusaha kembali memasuki wilayah tersebut untuk melakukan pengukuran lahan-lahan warga.

Penghadangan ini adalah yang ke-19 kalinya oleh warga adat Poco Leok yang tergabung dalam sepuluh komunitas adat berbeda. Sebelumnya, pihak PLN memberitahukan rencana mereka kepada warga pada tanggal 26 September 2023. Namun, warga bersikeras untuk mempertahankan hak mereka atas wilayah hidup mereka.

Situasi semakin memanas, dan bentrokan antara warga dan aparat keamanan pun terjadi. Pada penghadangan hari ini, warga membawa peralatan musik adat seperti gong dan gendang sambil bernyanyi dan meneriakkan yel-yel perjuangan, “Ini Tanah Kami”, “Tolak Geothermal”, “Cabut Izin Lokasi Geothermal di Poco Leok”.

Meskipun warga telah berulang kali melakukan protes, baik melalui audiensi maupun aksi di berbagai instansi pemerintah, termasuk Kementerian ESDM dan PT PLN di Jakarta, pihak PLN bersama aparat keamanan tetap berupaya untuk masuk ke lokasi tanpa mengikuti prosedur adat.

Proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu unit 5-6 di Poco Leok adalah proyek yang didanai oleh Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), Bank Pembangunan dan Investasi Jerman. Sejak awal proyek ini diumumkan, warga Poco Leok telah menentangnya. Mereka bahkan telah mengirim surat kepada Bank KfW dan Kedutaan Besar Jerman di Jakarta untuk mendesak penghentian pendanaan proyek ini.

Bagi warga, proyek ini tidak hanya akan berdampak pada Poco Leok tetapi juga pada Mataloko, Flores. Mereka merasa bahwa operasi lapangan dari proyek ini telah menciptakan ketakutan, perpecahan, dan kemarahan di antara warga. Warga terus berjuang untuk mempertahankan wilayah hidup mereka meskipun dihadapkan pada tantangan yang berat.