Twitter dan Facebook: Rusia Sebarkan Konspirasi Virus Corona Adalah Hoaks
Berita Baru, Internasional – Dua dari platform media sosial terbesar di dunia tidak dapat membenarkan tuduhan dari para pejabat Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia sedang berusaha melakukan penyebaran hoaks terkait wabah virus corona untuk memancing perselisihan di Amerika Serikat.
Facebook dan Twitter menolak untuk mendukung tuduhan Departemen Luar Negeri AS terhadap Rusia terkait kampanye berita palsu COVID-19 – bahkan, tampaknya, mereka tidak pernah diberi pengarahan tentang hal itu.
Yoel Roth selaku kepala integritas situs Twitter minggu ini di konferensi keamanan siber RSA di San Francisco mengatakan, “secara umum, penyelidikan mereka belum mendukung klaim ini,” ujar Roth. Ia juga menambahkan bahwa mereka akan “senang mendapatkan pengarahan tentang hal ini.”
Di forum yang sama, Nathaniel Gleicer selaku kepala kebijakan keamanan siber Facebook mengatakan bahwa Facebook telah menghubungi Departemen Luar Negeri AS untuk menanyakan perihal tuduhan itu, namun mereka belum mendapatkan apapun.
“Ketika Anda tidak bisa membagikan bukti, namun Anda membuat tuduhan yang luas, menjadi sangat sulit untuk memahami jika ada sesuatu di sana. Tetapi ada teori bahwa ada sesuatu yang tidak cocok dengan ras,” tambahnya.
Komentar itu muncul beberapa hari setelah seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada AFP bahwa Rusia menggunakan media negara dan ribuan “akun palsu” di Twitter dan Facebook sekaligus Instagram, untuk menyebarkan disinformasi tentang epidemi COVID-19 yang sedang berlangsung. Kementerian Luar Negeri Rusia menggambarkan klaim itu sebagai “kepalsuan yang disengaja.”
Dan juga, komentar itu keluar tak lama setelah pejabat keamanan pemilu AS Shelby Pierson mengatakan kepada anggota Kongres di awal Februari bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden tahun ini dengan tujuan membantu memenangkan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS. Ada kemungkinan bahwa Pierson telah menyesatkan pejabat kongres pemilu AS.
Sementara itu, Rusia telah berulang kali membantah berusaha membantu Donald Trump memenangkan pemilu 2016, bahkan penyelidikan FBI juga tidak bisa menemukan bukti kolusi Trump-Rusia.
Penerjemah | Ipung |
Sumber | Sputnik News |