Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Selfie
Ternyata terlalu banyak selfie adalah gangguan mental seseorang, meskipun sekarang ini selfie dianggap normal oleh sebagian besar masyarakat, Sumber : Nypost.com

Ternyata Terlalu Sering Hobi Selfie Adalah Gangguan Mental



Berita Baru , Amerika Serikat – Seperti yang kita tahu, saat ini selfie mungkin merupakan hal biasa, yang setiap saat dilakukan oleh masyarakat di semua lapisan. Namun ternyata orang yang ketagihan selfie bisa digolongkan memiliki penyakit mental lho.

Dilansir dari New York Post , lewat jurnal internasional Mental Health and Addiction mengklasifikasikan rasa terobsesinya seseorang dalam berselfie sebagai penyakit mental yang nyata. Penyakit mental ini diberi nama “Selfitis.”

Ini berawal dari sebuah penelitian di India dan Inggris. Penelitian ini menetapkan skala perilaku selfitis yang mengklasifikasikan perilaku selfie tergantung tingkat keparahannya. Studi ini ditulis oleh kepala peneliti Janarthanan Balakrishnan dari Thiagarajar School of Management di Madurai, Tamil Nadu, India, serta Mark D. Griffiths dari Nottingham Trent University di Nottingham, Inggris.

Dari penelitian tersebut, dalam klasifikasinya, terdapat tiga jenis kondisi selfitis : borderline (menengah), akut, dan kronis. Dari studi ini, ditemukan bahwa dari seluruh partisipan sampel studi bahwa 9 persen dari kesemuanya melakukan sebanyak 8 selfie per hari, dan 25 persen dari semua partisipan membagi (share) lebih dari 3 hasil selfie ke media sosial mereka.

Menurut Balakrishnan pada New york Post, selfitis digolongkan ke penyakit mental karena keterkaitannya dengan tingkat kepercayaan diri.

” Biasanya, mereka yang memiliki kondisi kurang percaya diri dan sedang berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi sekitarnya, akan menunjukkan perilaku kecanduan (selfie) ini,” ungkap sang ilmuwan, Pada Selasa (12/12)

“Kini kondisi mental (selfitis) ini sudah dikonfirmasi, dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk lebih memahami bagaimana dan mengapa seseorang mengembangkan perilaku obsesif (selfie) ini, serta apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang telah terkena dampaknya,” lanjut Balakrishnan.