Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kapal komersial termasuk kapal yang merupakan bagian dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam menunggu untuk melewati selat Bosphorus di lepas pantai Yenikapi saat pagi berkabut di Istanbul, Turki, 31 Oktober 2022. Foto: Reuters/Umit Bektas/File Foto.
Kapal komersial termasuk kapal yang merupakan bagian dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam menunggu untuk melewati selat Bosphorus di lepas pantai Yenikapi saat pagi berkabut di Istanbul, Turki, 31 Oktober 2022. Foto: Reuters/Umit Bektas/File Foto.

Tenggat Waktu Sudah Dekat, PBB Masih Menunggu Jawaban Rusia Terkait Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam



Berita Baru, New York – Saat tenggat waktu sudah dekat, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, masih menunggu tanggapan dari Presiden Rusia Vladimir Putin terkait tawaran memperpanjang kesepakatan yang memungkinkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam.

Sebermula, Guterres menulis surat kepada Putin pada hari Selasa (11/7) untuk meminta dia untuk memperpanjang kesepakatan Laut Hitam sebagai imbalan untuk menghubungkan anak perusahaan Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran internasional SWIFT, kata sumber kepada Reuters.

Kapal terakhir yang melakukan perjalanan di bawah kesepakatan Laut Hitam sedang memuat muatannya di pelabuhan Odesa, Ukraina.

Rusia belum setuju untuk mendaftarkan kapal-kapal baru sejak 27 Juni, dan kesepakatan itu akan berakhir pada hari Senin (17/7) besok jika Moskow tidak setuju untuk memperpanjangnya.

Rusia telah mengancam akan keluar dari kesepakatan yang dimediasi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022 karena Moskow menyatakan tuntutannya untuk meningkatkan ekspor gandum dan pupuk belum terpenuhi.

Ukraina dan Rusia termasuk di antara eksportir gandum terbesar di dunia.

Lebih dari 32 juta ton metrik jagung, gandum, dan biji-bijian lainnya telah diekspor oleh Ukraina berdasarkan kesepakatan ini.

Rusia mengeluh bahwa tidak cukup banyak yang mencapai negara-negara miskin, tetapi PBB berpendapat bahwa kesepakatan ini telah menguntungkan negara-negara itu dengan membantu menurunkan harga makanan lebih dari 20% secara global.

“Diskusi sedang berlangsung, pesan WhatsApp sedang dikirim dan dipertukarkan. Kami juga sedang menunggu tanggapan atas surat tersebut,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada para wartawan ketika ditanya tentang perundingan.

Rusia belum membuat pernyataan tentang perpanjangan kesepakatan gandum Laut Hitam, kata Kremlin pada hari Jumat setelah Presiden Turki, Tayyip Erdogan, sebelumnya menyebabkan kebingungan ketika dia mengatakan bahwa dia setuju dengan Putin untuk memperpanjangnya.

Menurut agensi berita TASS, Putin mengatakan pada hari Kamis (14/7) bahwa dia belum melihat surat dari Guterres yang mengusulkan perpanjangan kesepakatan, tetapi Rusia berada dalam kontak dengan pejabat PBB.

Pada gilirannya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada hari Jumat mendorong Rusia untuk memperpanjang dan memperluas kesepakatan Laut Hitam, menuduh Rusia menggunakan kesepakatan tersebut “sebagai senjata” dengan mengancam akan mengakhirinya.

“Jika Rusia tidak akan mengakhiri perang agresi mengerikannya terhadap Ukraina, setidaknya mereka bisa memperpanjang Inisiatif Gandum Laut Hitam sehingga produk makanan ini bisa sampai ke seluruh dunia, menjaga harga tetap rendah, pasokan tetap ada,” kata Blinken dalam konferensi pers di Jakarta.

Untuk meyakinkan Rusia untuk setuju dengan kesepakatan Laut Hitam, memorandum pengertian tiga tahun ditandatangani pada Juli 2022 yang mengizinkan pejabat PBB membantu Rusia mengirimkan ekspor makanan dan pupuk ke pasar asing.