Teknik Ini Mampu Memprogram Ulang Makanan Kesukaan di Otak Kita
Berita Baru, Amerika Serikat – Dalam memilih makanan kesukaan, otak biasanya akan menyesuaikan kesukaan berdasarkan apa yang telah tertanam di dalam memori. Dan biasanya hal ini sulit diubah sebagai perilaku kita.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, sebuah penelitian mengungkapkan, ternyata seseorang dapat mengubah preferensi makanannya dengan cara menggerakkan neuron di otak untuk ‘memprogram ulang’ otak agar lebih memilih makanan lainnya yang lebih sehat–misalnya, buah daripada coklat.
Saat individu dihadapkan pada sebuah keputusan, setiap pilihan alternatif menyebabkan sekumpulan sel saraf yang berbeda bekerja di otak–dan semakin menarik pilihannya, semakin cepat aktivitas sel saraf ini.
Dengan sampel seekor monyet, para ahli dari AS menemukan bahwa saraf-saraf neuron ini menyandikan nilai-nilai dari berbagai pilihan saat otak bekerja untuk mencapai keputusan akhir.
Dengan mengubah aktivitas neuron, para peneliti mampu memengaruhi keputusan monyet dan membimbing mereka menuju pilihan yang diberikan sehari-harinya.
Penemuan ini dapat membuka jalan bagi pengobatan baru untuk kecanduan pada individu seperti, gangguan makan, depresi, dan kondisi lain yang melibatkan pengambilan keputusan yang salah dalam hidup mereka.
“Dalam sejumlah gangguan mental dan neuropsikiatri, pasien secara konsisten membuat pilihan yang buruk. Tetapi kami tidak mengerti persis mengapa,” kata ahli saraf dan penulis makalah Camillo Padoa-Schioppa dari Universitas Washington.
“Sekarang kami telah menemukan satu bagian penting dari teka-teki ini. Saat kami menjelaskan mekanisme saraf yang mendasari pilihan, kami akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang gangguan ini” tambah Camillo.
Sebelumnya, pada tahun 2006, Profesor Padoa-Schioppa dan rekannya mengungkapkan dalam sebuah makalah di Nature bahwa mereka telah menemukan di bagian wilayah otak di atas mata yang dikenal sebagai ‘korteks orbitofrontal’–neuron yang menimbang setiap opsi dalam pilihan tertentu pada mahluk hidup.
Namun, pada saat itu, para peneliti tidak dapat membuktikan bahwa penilaian yang dikodekan dalam neuron inilah yang secara langsung mengarah pada satu pilihan yang dibuat daripada yang lain yang tersedia.
“Kami menemukan neuron yang mengkodekan nilai subjektif, tetapi sinyal nilai dapat memandu semua jenis perilaku, bukan hanya pilihan. Mereka dapat memandu pembelajaran, emosi, perhatian perseptual, dan aspek kontrol motorik,” Tambah sang professor.
Dalam studi terbaru mereka, tim peneliti menjalankan dua set eksperimen dengan seekor monyet–yang disajikan dengan dua pilihan minuman dan diberi satu minuman yang mereka lihat.
Setiap pilihan menyajikan minuman berbeda–termasuk limun, teh peppermint, air asin, fruit punch, dan berbagai rasa jus–tetapi juga dalam jumlah yang berbeda.
Ini memastikan bahwa pilihannya tidak sederhana, karena meskipun setiap monyet lebih suka rasa tertentu, mereka juga suka minum sebanyak mungkin.
Setelah mengidentifikasi neuron di korteks orbitofrontal yang diaktifkan saat monyet mengambil minuman mereka, tim selanjutnya menggunakan elektroda yang ditanamkan untuk merangsang sel saraf tanpa rasa sakit saat hewan membuat pilihan lebih lanjut.
Mereka menemukan bahwa menjalankan arus rendah melalui elektroda menyebabkan neuron yang terlibat dalam kedua opsi tersebut bekerja lebih cepat–dan dari sudut pandang monyet–membuat kedua opsi tampak lebih menarik–tetapi satu lagi, dalam cara yang dapat diprediksi oleh peneliti.
Dalam percobaan kedua, monyet disajikan dengan setiap pilihan minuman satu per satu, bukan bersama-sama.
Tim menemukan bahwa memberikan arus yang lebih tinggi ketika satu pilihan ditawarkan mengganggu proses penetapan nilai–membuat monyet lebih cenderung memilih opsi lain.
Penemuan ini tidak hanya membuktikan bahwa nilai yang diproses di neuron dari korteks orbitofrontal adalah kunci pengambilan keputusan, tetapi tentunya juga dapat dimanipulasi.