Tantangan APBN dan Rendahnya Tax Ratio di Masa Depan
Berita Baru, Jakarta – Universitas Paramadina menggelar diskusi panel online dengan tema “Masalah APBN, Utang dan Tax Ratio Rendah. PR Presiden Yang Akan Datang” pada Senin (5/2/2024).
Dalam diskusi ini, Eisha M Rachbini, Ketua Center Ekonomi Digital dan UKM INDEF, menguraikan beberapa isu penting terkait perkembangan APBN 2023. Eisha menyampaikan bahwa realisasi Penerimaan Negara terutama dari sektor pajak mencapai Rp. 1.869 T pada tahun lalu.
“Hal ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 8% year on year. Namun, terdapat penurunan pada penerimaan Bea Cukai, terutama disebabkan oleh masalah rokok ilegal dan penurunan nilai impor,” kata Eisha.
Ia juga mengungkapkan bahwa ada peningkatan pada sektor PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), “Setoran dividen BUMN dan Penerimaan SDA Non-Migas mengalami kenaikan, namun, PNBP dari sektor SDA Migas dan penjualan hasil tambang mengalami penurunan signifikan.”
“Tax Ratio Indonesia pada tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 10,21%, menandakan tren menurun sejak tahun 1980. Perbandingan dengan negara Asia Pacific, China, dan negara ASEAN menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah rata-rata,” jelas Eisha.
Dalam konteks ini, Eisha menyoroti pentingnya mengatasi tantangan ini di masa depan, “Tax Ratio yang rendah perlu menjadi perhatian, mengingat Indonesia masih di bawah rata-rata Asia Pacific dan negara tetangga ASEAN. Presiden yang akan datang memiliki tugas besar untuk meningkatkan Tax Ratio guna mendukung pembangunan dan keberlanjutan ekonomi.”