Tanggapi Demonstran Pro-Kurdi dengan Kekerasan, Iran Sebut Prancis Munafik dan Lebih Kejam
Berita Baru, Internasional – Ibukota Prancis dilanda kekerasan pada Sabtu (24/12), ketika polisi bentrok dengan pengunjuk rasa yang menuntut keadilan atas tiga orang yang ditembak mati di pusat budaya Kurdi sehari sebelumnya.
Seperti dilansir dari Sputnik News, polisi menindak dengan kekerasan, menggunakan gas air mata, pentungan, dan peralatan anti huru hara, sementara pengunjuk rasa menjungkirbalikkan mobil, melempar batu, dan menghancurkan jendela toko.
Juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri Iran dan kepala Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Iran mengutuk tindakan keras otoritas Prancis terhadap pengunjuk rasa pro-Kurdi di Paris. Mereka menyebut Prancis cukup munafik karena sering melempar tuduhan pada Iran dan tak mau mengakui kejahatannya sendiri padahal lebih kejam.
“Rezim tertentu yang melontarkan tuduhan palsu terhadap Iran telah melakukannya sendiri dan terus melakukannya terhadap bangsa dan rakyat mereka sendiri dengan cara yang paling keterlaluan,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani dalam sebuah tweet pada hari Selasa.
Menuduh kritikus Barat Iran sebagai penggugat hak asasi manusia palsu, Kanaani bertanya, “Berapa lama lagi kemunafikan seperti itu berlanjut”?.
Aksi damai yang digelar pada hari Sabtu berubah menjadi kekerasan setelah polisi mulai menembakkan gas air mata ke kerumunan yang berkumpul, dengan beberapa pengunjuk rasa mengibarkan bendera Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Prancis sebagai organisasi teroris.
Tersangka pria bersenjata dalam penembakan hari Jumat di Paris adalah seorang pria berusia 69 tahun yang menurut polisi baru-baru ini dibebaskan dari penahanan menunggu persidangan atas serangan pedang di sebuah kamp migran Paris tahun lalu.
Kazem Gharibabadi, wakil kepala Kehakiman Iran untuk urusan internasional, dan sekretaris jenderal Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia negara itu, menggemakan sentimen Kanaani atas tanggapan otoritas Prancis terhadap protes tersebut.
“Tindakan keras Prancis terhadap pengunjuk rasa damai membuktikan sejauh mana pengabaiannya terhadap hak asasi manusia. Pemerintah Prancis dengan keras membungkam suara perbedaan pendapat. Standar ganda vis-à-vis hak asasi manusia telah berubah arah atau apa?” Gharibabadi menulis dalam tweet sarkasmenya, disertai dengan cuplikan setelah kekerasan hari Sabtu.
Reaksi keras oleh polisi Prancis terhadap demonstran terjadi setelah kecaman yang dilontarkan selama berbulan-bulan oleh Paris dan sekutu Eropa serta AS terhadap Iran. Mereka mengecam tanggapan Teheran terhadap protes kematian Mahsa Amini, yang dimulai pada bulan September di mana unjuk rasa berujung kekerasan.