Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tanggapan CEO NFT Mario Nawfal Tentang Rencana AS Mengirim Munisi Tandan ke Ukraina

Tanggapan CEO NFT Mario Nawfal Tentang Rencana AS Mengirim Munisi Tandan ke Ukraina



Berita Baru, Internasional – Amerika Serikat dilaporkan akan mengirim munisi tandan ke Ukraina, sebuah keputusan yang dinilai membahayakan dan melanggar hukum Internasional.

Munisi tandan adalah senjata kontroversial yang telah dilarang oleh banyak negara karena dapat menyebabkan korban sipil yang tinggi dan dengan cluster yang tidak meledak selama bertahun-tahun.

Presiden AS, Joe Biden, mengatakan bahwa mengirim munisi tandan ke Ukraina adalah “keputusan yang sulit, tetapi mereka membutuhkannya”.

AS mengatakan bahwa mereka hanya akan mengirim munisi tandan tingkat rendah, dengan sedikit peluru yang tidak meledak, yang dapat menimbulkan bahaya bagi warga sipil. Namun, beberapa ahli telah mengkritik keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa bahkan munisi tandan tingkat rendah masih dapat menyebabkan korban sipil yang signifikan.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Rusia membuat pernyataan dengan mengatakan bahwa: “Penggunaan bom cluster oleh Ukraina akan menjadi pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional” dan bahwa Rusia akan meresponsnya.”

Keputusan untuk mengirim munisi tandan ke Ukraina tidak diragukan lagi merupakan keputusan yang kontroversial. Bahkan Inggris, yang merupakan sekutu setia AS, telah menyuarakan penentangan dan “menolak” penggunaan munisi tandan. Tidak hanya Inggris, tetapi Kanada, Jerman, Spanyol, dan Prancis, yang juga penandatangan ‘Konvensi Munisi Tandan’, telah menyuarakan ketidaksetujuannya dan mendesak AS untuk mempertimbangkan keputusannya kembali.

Mario Nawfal, CEO Teknologi NFT mengungkapkan di laman Twitter pribadinya @MarioNawfal bahwa penggunaan munisi tandan merupakan pelanggaran hukum internasional.

“Konvensi Munisi Tandan, yang mulai berlaku pada tahun 2010, melarang penggunaan, produksi, penimbunan, dan pemindahan munisi tandan.”

“AS, Rusia, dan Ukraina bukanlah pihak yang berada dalam Konvensi Munisi Tandan dan tidak pernah menandatangani perjanjian itu karena mereka percaya bahwa dalam keadaan tertentu mereka harus diizinkan untuk menggunakan munisi tandan,” kata Nawfal di Twitter.

Berikut ini adalah contoh kasus penggunaan munisi tandan di beberapa negara dan risiko yang dihasilkannya:

  1. Afghanistan, 2001-2021: AS menjatuhkan sekitar 10 juta bom cluster, membunuh/melukai lebih dari 20.000 orang.
  2. Perang Saudara Suriah: Kedua belah pihak menggunakan bom cluster, membunuh/melukai lebih dari 10.000 orang, kebanyakan warga sipil.
  3. Kosovo, 1999: NATO menjatuhkan sekitar 1,3 juta bom tandan di Kosovo, membunuh/melukai 1.500 orang
  4. Lebanon, 2006: Israel menjatuhkan sekitar 4 juta bom cluster di negara tersebut, membunuh/melukai lebih dari 1.200 orang.

Masih dalam cuitan yang sama, Nawfal mengungkapkan analisis nya dengan mengatakan bahwa: “munisi tandan bisa sangat efektif bila digunakan melawan tentara yang bersembunyi di parit dan pada posisi yang dibentengi, tetapi berapa biayanya? Seperti biasa, saya khawatir tentang tanggapan Rusia terhadap eskalasi terus-menerus oleh Barat. Ada batasnya, dan begitu dilanggar, saya khawatir Putin akan menggunakan senjata nuklir. Saya tidak tahu di mana garis itu dan saya pasti tidak ingin mencari tahu.”

“Dengan semua eskalasi yang telah kita lihat selama setahun terakhir, BAGAIMANA Anda melihat Perang Ukraina BERAKHIR?” tutup Nawfal.