Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Surya Paloh Singgung Revolusi Mental Jokowi: Sayang Seribu Kali Sayang

Surya Paloh Singgung Revolusi Mental Jokowi: Sayang Seribu Kali Sayang



Berita Baru, Jakarta – Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menilai revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 2014 belum sesuai harapan. 

Ia menyayangkan, karena dukungan partainya ke Jokowi sebagai calon presiden sejak 2014 lalu karena gagasan revolusi mental yang ditawarkan.

Menurut Surya Paloh, NasDem berani mendukung Jokowi karena dianggap memiliki visi yang sama mengenai gerakan untuk perubahan yang selaras dengan konsep revolusi mental ala Jokowi. 

“Revolusi mental identik dengan gerakan perubahan kita, senafas, sebangun, sejalan,” kata dia dalam Apel Siaga Perubahan Partai NasDem di Gelora Bung Karno, Minggu (16/7).

Baginya, dengan mendukung Jokowi saat itu, NasDem berharap akan ada kemajuan dalam berbangsa dan bernegara. Namun selama pemerintahan Jokowi dua periode tak sesuai ekspektasi.

“Tapi sayang seribu kali sayang, sayang seribu kali sayang, harapan belum menjadi kenyataan,” tegas Surya Paloh.

Ia berpendapat Indonesia belum mencapai kemajuan yang signifikan. Menurutnya, nilai-nilai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi gotong royong, semangat tepa selira, kini berubah menjadi individualistik dan lebih mengutamakan hubungan yang transaksional.

Atas keprihatinannya itu, ia menyatakan partainya mantap mengusung Anies Baswedan yang dianggap dapat mewujudkan perubahan yang lebih berarti dan mendasar. 

Terlebih, Surya Paloh meyakini Anies merupakan sosok yang sangat menghormati semangat pluralisme.

Dalam pidato yang sama, Surya Paloh juga meminta para penyelenggara Pemilu 2024 untuk melaksanakan tugas dengan proporsional dan bermoral. 

“Para penyelenggara dan pengawas pemilu harus tetap memegang amanah untuk jujur. Terlepas dari semua intervensi dan kepentingan, tetaplah tegak lurus terhadap kejujuran,” katanya.

Menurut Surya Paloh, tak ada gunanya menyelenggarakan pemilu jika membuat perpecahan dalam masyarakat. 

“Musuh kita bukan satu sama lain, ataupun perbedaan agama dan parpol. Musuh kita adalah kebodohan dan ketidakadilan,” tuturnya.