Studi: Tekanan Akibat Pandemi Timbulkan Gangguan Ovarium
Berita Baru – Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa tekanan pandemi berkaitan dengan gangguan ovulasi bagi banyak wanita tanpa perubahan yang jelas pada siklus menstruasi.
Dilansir dari Reuters, para peneliti mengatakan hampir 66% dari 112 wanita yang diteliti selama pandemi mengalami gangguan ovulasi, dibandingkan dengan hanya 10% dari 301 wanita yang diteliti 13 tahun sebelumnya.
Dalam laporan yang diterbitkan beberapa waktu lalu di ENDO 2022 yang merupakan pertemuan tahunan Masyarakat Endokrin, peneliti memaparkan bahwa ovulasi, atau pelepasan sel telur dari ovarium, umumnya terjadi sekitar dua minggu sebelum dimulainya periode menstruasi.
Gangguan yang terlihat selama pandemi antara lain pelepasan sel telur sebelum rahim siap untuk hamil, dan tidak ada sel telur yang keluar sama sekali.
Para wanita dalam kedua penelitian berusia 19 hingga 35 tahun dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Buku harian menstruasi yang disimpan oleh peserta menunjukkan secara signifikan lebih banyak kecemasan, depresi, frustrasi, suasana hati negatif, tekanan luar yang dirasakan, masalah tidur, dan sakit kepala selama pandemi.
“Dengan membandingkan kedua penelitian, dan terutama buku harian mereka, kami dapat menyimpulkan bahwa gangguan kehidupan pandemi SARS-CoV2 menyebabkan gangguan ovulasi diam-diam dalam sebagian besar siklus menstruasi yang teratur,” kata pemimpin studi Jerilynn Prior dari University of British Columbia di Vancouver, dikutip Berita Baru, Selasa (14/6/21).
“Seiring waktu, gangguan ovulasi yang terus-menerus dapat meningkatkan risiko wanita untuk infertilitas, keropos tulang, serangan jantung dini, dan kanker payudara dan endometrium,” kata para peneliti.