Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Iran Kapal Inggris
(Foto : Anadolu Agency)

Akhirnya Iran Bebaskan Kapal Berbendera Inggris



Berita Baru, Internasional – Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dilaporkan sudah membebaskan kapal berbendera Inggris, Stena Impero. Kapal milik perusahaan Swedia, Stena Impero, itu ditangkap saat melintas di Selat Hormuz pada 19 Juli lalu karena dituduh melanggar hukum laut internasional.

“Proses hukum sudah selesai dan berdasarkan hal itu seluruh syarat sudah terpenuhi, kapal itu sudah bisa berlayar kembali,” kata juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, seperti dikutip kantor berita IRNA, dan dilansir dari The Guardian, Selasa (24/9).

Meski demikian sampai saat ini perusahaan pemilik kapal itu, Stena Bulk, belum memberikan konfirmasi tentang pembebasan tanker mereka. Pengamat memperkirakan kebijakan itu diambil Iran untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah, selepas insiden serangan ke kilang minyak Saudi Aramco.

Kapal tanker Stena Impero Stena Bulk ditangkap oleh pasukan Garda Revolusi Iran dua pekan setelah Inggris menangkap kapal tanker Iran, Adrian Darya 1, di Gibraltar.

Kapal Adrian Darya 1 sudah dibebaskan pada 18 Agustus lalu. Iran sudah melepas tujuh awak Stena Impero pada 4 September lalu.

Menteri Luar Negeri Swedia, Margot Wallstrom, sampai turun tangan dengan mengontak pemerintah Iran setiap hari untuk membantu proses pembebasan.

Pemerintah Inggris sudah meminta Iran segera membebaskan tanker dan seluruh awak Stena Impero.

“Keputusan Iran menahan kapal itu ilegal, tidak bisa diterima dan melanggar hukum internasional karena tanker itu masih berada di jalur pelayaran yang sah,” demikian isi pernyataan juru bicara pemerintah Inggris melalui surel.

Sikap saling tangkap tanker itu dipicu ketegangan akibat perselisihan Iran dan Amerika Serikat. AS mengirim armada tempur ke Timur Tengah setelah menyatakan Korps Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris.

Sedangkan Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS karena melanggar wilayah udaranya. Presiden AS, Donald Trump, sempat menyetujui serangan balasan, tetapi dibatalkan di detik-detik akhir. 

Sumber : The Guardian