Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Film Bumi Manusia
Para pemain film Bumi Manusia hadir pada saat peluncuran poster. Dari kanan ke kiri Iqbaal Ramadhan, Mawar De Jongh, Frederica (produser Falcon Pictures), Angga (cucu Pramoedya Ananta Toer) dan Hanung Bramantyo di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan pada Rabu (19/6/2019). – Bisnis/Ria Theresia

Saya Ingin Menjadi Orang Bebas. Tidak Diperintah dan Tidak Memerintah : Film Bumi Manusia.



Beritabaru.co, Jakarta. – Falcon telah mengeluarkan trailer film berjudul Bumi Manusia pada tanggal 4 Juli 2019. Film besutan sutradara Hanung Bramantyo ini, merupakan film adaptasi dari buku tertalogi pulau buru berjudul Bumi Manusia yang diterbitkan oleh Hastra Mitra pada tahun 1980, karya Pramoedya Ananta Toer atau yang kita kenal dengan panggilan Pram.

Dalam trailer terdapat potongan adegan perkenalan antara Minke dan Annelies, yang dilanjutkan dengan adegan pergolakan di keluarga Minke. Serta adegan yang sangat penting yaitu saat Nyai Ontosoroh dan Minke melawan pengadilan kolonial dan ditutup dengan kepergian Annelies.

Melihat kebelakang. Sedari awal penggarapan film Bumi Manusia, sudah menimbulkan banyak pro dan kontra.

Dimulai dari pemilihan rumah produksi Falcon, pemilihan Hanung Bramantyo sebagai sutradara, dan puncaknya saat Iqbal Ramadhan didapuk sebagai pemeran tokoh Minke. Bahkan dikutip dari laman change.org, di bulan Mei 2018, sempat dimunculkan petisi untuk menolak Iqbal sebagai pemeran tokoh Minke dalam buku Bumi Manusia.

Buku tetralogi pulau buru yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca ditulis oleh Pram saat diasingkan di Pulau Buru lantaran dicap sebagai Komunis. Buku tetralogi ini merupakan mahakarya Pram.

Maka tidak aneh, jika banyak orang yang khawatir jika film adaptasi buku Bumi Manusia akan menghilangkan ‘roh’ kekuatan karya sastra tersebut, dan hanya akan menjadi film kisah cinta semata. Sehingga pro dan kontra terhadap film Bumi Manusia terus terjadi hingga kini.

Buku Bumi Manusia, mengambil latar Wonokromo pada akhir abad 19, yang merupakan kawasan perkebunan tebu, Blora, Surabaya. Buku ini berkisah tentang Minke, salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Dimasa itu, yang dapat bersekolah di HBS hanyalah orang-orang keturunan totok Eropa, dan anak keturunan petinggi pribumi.

Minke yang merupakan seorang keturunan Jawa, sering diolok-olok oleh kaum totok belanda. Mingke sendiri adalah panggilan pelintiran dari kata Monkey, karena dia seorang pribumi.

Minke sebagai tokoh sentral dalam buku, digambarkan sebagai seorang pribumi terpelajar yang berani melawan penindasan terhadap dirinya, melawan ketimpangan sosial di masyarakat, bahkan turut serta berjuang melawan kesewenangan pemerintahan kolonial terhadap bangsanya.

Tokoh Minke dalam buku Bumi Manusia, sebenarnya berdasarkan kisah kehidupan Raden Mas Tirto Adi Suryo. Raden Mas Tirto, yang lahir pada tahun 1875 dikenal dalam pergerakan kebangsaan serta sebagai perintis pers nasional. Dia adalah pelopor pergerakan melawan kolonial dengan menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda. Tulisannya seringkali membuat ‘merah’ telinga pemerintah kolonial.

Film Bumi Manusia hasil garapan sutradara Hanung Bramantyo ini rencananya akan diputar di bioskop pada tanggal 15 Agustus 2019.

Penulis, mencoba bersikap seperti salah satu kalimat dalam buku Bumi Manusia: “…untuk berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”. Maka, kita tonton filmnya di bulan Agustus nanti dan berharap bukan menjadi film percintaan semata. [Soe]