Rusia: Embargo Senjata Iran Akan Hancurkan Kesepakatan Nuklir
Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (21/7), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pergi dari Iran menuju Moskow untuk mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengenai kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA), hubungan bilateral, dan krisis di Suriah, menurut Sputnik.
Dalam pertemuan itu, Zarif mengatakan kepada Lavrov bahwa memperluas embargo senjata terhadap Iran hanya akan mengarah pada hancurnya JCPOA.
Zarif juga menyoroti bahwa Moskow telah menentang tindakan ‘destruktif’ dan ‘sangat berbahaya’ dari Washington terkait JCPOA dalam kerangka Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan di Dewan Keamanan PBB.
“Ini mengarah pada fakta bahwa peran Rusia dan China dalam melestarikan JCPOA menjadi sangat menonjol, dan semua komunitas internasional mengakui hal itu,” kata Zarif.
Menanggapi Zarif, Lavrov mengatakan bahwa setiap upaya dari pihak mana pun, terutama dari AS, untuk kemabali melakukan embargo senjata terhadap Iran hasilnya selalu tidak pasti dan terkesan memperburuk suasana seperti yang telah dilakukan AS.
“Dewan Keamanan PBB tidak memaksakan embargo senjata dalam arti penuh dari kata ini terhadap Republik Islam Iran, Dewan Keamanan memperkenalkan rezim permisif untuk pasokan jenis senjata tertentu ke Iran, rezim ini diterapkan untuk terbatas periode waktu, periode ini berakhir pada bulan Oktober, dan segala upaya untuk mengambil keuntungan dari situasi saat ini, untuk memperpanjang rezim ini, dan kemudian memperkenalkan embargo senjata yang tidak terbatas, tidak memiliki dasar hukum, baik politik maupun moral,” jelas Lavrov.
Selain itu, Lavrov juga menegaskan bahwa peluang untuk mempertahankan kesepakatan nuklir Iran 2015 masih ada.
“Kami memandang pertemuan ini sebagai tahap penting dalam upaya bersama yang sekarang dilakukan oleh anggota JCPOA yang tersisa untuk menjaga pencapaian diplomasi multilateral yang paling penting ini. Kami menganggap garis yang diambil oleh rekan kerja Amerika kami untuk sepenuhnya mengurai dokumen penting ini menjadi destruktif, seperti halnya dengan dokumen lain tentang non-proliferasi. Namun demikian, kami yakin bahwa peluang bagi JCPOA untuk kembali ke jalur yang stabil masih tetap ada, setidaknya kami, seperti teman-teman Iran kami, melakukan yang terbaik untuk tujuan ini,” kata Lavrov.
Di samping itu, Lavrov menggaris bawahi bahwa China dan anggota lain dari kesepakatan JCPOA di Eropa tampaknya bersedia untuk mempertahankan perjanjian.
Pada bulan Juni, Zarif juga melakukan kunjungan ke Rusia. Pertemuan Zarif dan Lavrov ini juga disebut dalam rangka menandai ulang tahun kelima kesepakatan nuklir Iran atau JCPOA, yaitu 14 Juli 2015.
Sudah dua tahun, kesepakatan nuklir Iran 2015 berada dalam masa krisis, tepatnya setelah Amerika Serikat menarik diri secara sepihak pada Mei 2018 dan kembali memberikan sanksi keras pada Iran.
Kesepakatan nuklir Iran itu kini tersisa beberapa bulan saja, yaitu hingga Oktober 2020. Namun, meskipun sudah keluar, AS tetap ingin memperpanjang embargo senjata PBB di Iran.
Rusia dan China menentang keinginan AS tersebut dengan alasan bahwa menurut JCPOA, embargo senjata akan dicabut lima tahun setelah perjanjian dibuat.