Respons ‘Perbudakan’ Bupati Langkat, Watchdoc Tunjukkan Penderitaan Buruh Sawit Lewat Film Asimetris
Berita Baru, Jakarta – Temuan kerangkeng manusia yang berada di dalam kediaman Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin Angin mengejutkan publik.
Dugaan perbudakan modern setelah ditemukannya kerangkeng manusia itu langsung mencuat dan dituding menjadi alasan adanya kerangkeng manusia itu.
Menurut Watchdoc, jika dugaan kerangkeng manusia yang menjadi tempat penampungan pekerja sawit di ladang pribadi Bupati Langkat adalah benar, maka fenomena ini makin mempertegas sisi kelam industri sawit.
“Kebobrokan industri sawit pernah kami bahas dalam “Asimetris”, rilis 3 tahun lalu,” tulis Watchdoc dalam akun media sosialnya, Selasa (25/1).
Watchdoc mengungkap, di balik manfaat produk industri sawit, ada dampak negatif yang sangat masif. Mulai dari deforestasi, upah buruh yang tak layak, bahkan temuan pekerja anak di bawah umur
“Asimetris diambil dari filosofi ketidakseimbangan antara industri sawit dengan situasi sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan di Indonesia. Jika dugaan fenomena kerangkeng manusia di Langkat benar, maka itu mempertegas temuan kami di film ini,” jelasnya.
Sebelumnya, usai Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin Angin ditahan KPK atas dugaan suap pengadaan barang & jasa di wilayah kerjanya, ditemukan pula tempat menyerupai kerangkeng manusia di kediaman Bupati Langkat nonaktif.
Akibatnya, muncul dugaan praktik perbudakan modern oleh pejabat bernama Terbit Rencana Perangin Angin tersebut.
Migrant Care menyebut kerangkeng ini adalah tempat penampungan pekerja sawit di ladang pribadi Bupati Langkat nonaktif. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip pekerjaan layak yang berbasis HAM.