Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ramadan ke-12: dari #TanggaRuhani al-Tawadhu’ hingga al-Inbisat

Ramadan ke-12: dari #TanggaRuhani al-Tawadhu’ hingga al-Inbisat



Berita Baru, Ramadan – Sudah nyaris dua minggu kita menjalani puasa. Utas sufi Oman Fathurahman menyentuh #TanggaRuhani ke-38, yakni al-Tawadhu’ (rendah hati).

Oman memahami al-Tawadhu’ sebagai ketundukan pada Tuhan atau kebenaran. Secara vertikal, ketundukan dan penerimaan seperti ini cenderung abstrak, tetapi ini bukan berarti al-Tawadhu’ tidak memiliki dimensi horizontal.

Menurut Oman, secara horizontal, khususnya sosio-psikis, al-Tawadhu’ berpotensi melatih kita untuk bersikap tenang dalam segala kondisi, lembut, dan rendah hati dalam arti terbiasa melihat orang lain lebih besar—sehingga patut dihargai—daripada diri kita sendiri.

“Tapi, ini beda dengan rendah diri ya. Rendah hati lebih pada kemauan untuk menerima kebenaran dari siapa pun itu dan jika sejak awal kita merendahkan orang lain, bagaimana kita mau menerima kebenaran darinya?” kata Oman melalui pernyataan tertulis pada Sabtu (24/4).

Pada hari yang sama, Oman juga mengulas #TanggaRuhani ke-39 al-Futuwwah (ksatria). Istilah ini ditafsirkan Oman sebagai keberanian untuk meninggalkan permusuhan, memaafkan kesalahan, menutupi aib orang lain, tidak mendoakan keburukan, mendekati yang menjauh, dan memuliakan yang menghinakan.

Level rohani ini berat. Sebab yang kita lawan adalah diri kita sendiri, sejauh mana kita mampu dan berani untuk tidak memandang diri kita unggul dan paling berhak. Sebab—asumsinya—satu-satunya yang berhak menyandang tahapan tersebut hanyalah Tuhan.

Selanjutnya adalah #TanggaRuhani ke-40 al-Inbisat (lapang). Oman menjelaskan al-Inbisat sebagai bahagia dalam kebenaran. Maksud kebenaran di sini tidak lain adalah Tuhan.

Al-Inbisat boleh juga disebut sebagai tahapan ketika kita sudah bisa akrab dengan Tuhan seperti teman, bisa menangkap dengan cepat pesan-Nya, dan lalu menjalankannya.

Nabi Musa adalah salah satu manusia yang sudah melampui tahapan al-Inbisat, kata Oman, sehingga ia bisa asyik membuka obrolan dengan Tuhan.