Puisi-Puisi Rahem; Jalan Menuju Gapura
Puisi-Puisi Rahem; Jalan Menuju Gapura
(Puisi, Rahem)
Cinta yang Tersimpan di Kantong Kemeja
Laki-laki tua itu menyimpan cintanya dengan hati
Tak peduli hari, kan lanjut usia
Juga perjalanan tahun, terlukis dalam kalender sunyi
Cinta semakin membuatnya lupa
Tentang segala kenikmatan yang ada
Serupa cinta menyala bagai purnama nan sempurna
Uarkan asap-asap kisah
Pada sajak sebatang lisong
Yang terus membara
Pada akhirnya, laki-laki tua itu mencibir senyum
Menganyam helai mimpinya agar dikabulkan Tuhan
Menepuk kebahagiaan, mencabik sepi dalam tarian cinta sufi
Sumenep, 2019
Dokumen Harapan
Selepas rindu yang memelukku, semalam
Aku serupa purnama kehilangan terang
Menapak jejak kasih, dengan rindu dan bayang-bayang
Malam penuh rindu
Sedangkan kau bidadari sorga
Erat memeluk tubuhku, beraura cinta
Teriring gending asmaraloka
Kelak,
Setelah usai merajut mimpi-mimpi
Akan tumbuh sebuah harapan dengan hati yang penuh janji
Dalam tatapan semesta
Melipat kenangan menuju sua
Di sinilah kepastian akan lahir seiring waktu
Sebelum kerikil rindu menjadi bebatu
Menjadi nyanyian hati nan syahdu
Dalam tarian cinta abu-abu
Sumenep, 2019
Pasaman dalam Cerita
Negeri ini elok, Tuan!
Menggemas beribu kisah
Antara senyum dan air mata
Sepotong kenangan telah termaktub dalam sejarah
Menjadi arus bayang-bayang di negeri tercinta
Pasaman dalam cerita
Bagai witir sungai yang kejatuhan riak gelombang
Menempuh jalannya waktu terus bertandang
Menjelma kenangan hendak melayang
Pada derhaman waktu yang terus berlalu
Alur kisah adalah buah kata
Lahir dari percakapan cinta
Terangkum indah dalam sejarah
Pasaman dalam cerita
Menggemmas banyak sejarah
Sumenep, 2019
Jalan Menuju Gapura
Sehabis kita melawan rindu
Hujan adalah satu satunya jalan menuju pulang
Dimana celoteh bayang bayang
Menjadi buah fikiran yang melayang
Dalam jiwaku
Terus mengalir sebuah kenangan
Senyum yang melekat di bibirmu
Memetik pekatnya rindu yang membahana
Hari hari penuh kenangan
Kita lewati bersama
Dimana masa kerinduan
Terbayang dalam ingatan
Sumenep, 2019
Elige malam
Kepada perempuan yang memetik senyumku di perantauan
Semisal malam, Ana
Tempat engkau berdiam sepenuhnya
Mimpi mimpi minggat
Tersebab sunyi menghampiri
Lalu dengan cara apa lagi engkau mengejarnya?
Sedangkan waktu telah mogok di kamarmu
Dan engkau masih berselimut malam
Berbantal luka, bahkan beralas pedih
Dan tidur pun tak lebih dengan penderitaan yang kau dera
Perihal luka yang semalam tidur dalam tubuhmu, Ana
kau robek dengan air mata
Sebagaimana hujan membasahi musim untuk gugur
Dan waktu masih saja risih untuk kau kejar
Perlahan terdiam dalam dekapan sunyi
Ana,
Belajarlah pada diri sendiri, sayang!
Merampungkan sebait senyum,
Pertanda masalalu pergi dalam rinai wajahmu
Sumenep, 2019
Rahem, Pria kelahiran Sumenep 20 April 1999, Alumni Miftahul Ulum Bancamara Giliyang dan Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep, Semasa di sekolah aktif di Komunitas ASAP(Anak Sastra Pesantren) dan Sanggar Relaxa. Saat ini aktif di Kelas Puisi Bekasi, beberapa puisinya di antologikan di beberapa Event, diantaranya : Antologi Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu 2018), Sahabat (2018) Surat Berdarah diantara Gelas Retak (2019), Tanah Air Beta (2019), Jazirah II (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019), Antologi Membaca Asap (2019) Antologi Puisi untuk Bj. Habibie (2019) dan Tanpa Aku (Group Strafara 2019). Dan juga dalam Media Massa di antaranya : Koran Radar Madura, Radar Cirebon, Bangka Pos.Di tahun 2017 Puisinya Maduranya dinobatkan sebagai juara II di STKIP PGRI Sumenep dengan tema “Dha’ Songennep”.