Program GLEADS KLHK Dorong Inovasi dan Improvisasi Pengelolaan Hutan Berbasis Gender
Berita Baru, Jakarta – Sebagai bagian dari program Festival Gender Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Program Gender Leader Seminar (GLEADS) mendorong para pejabat di KLHK agar dapat menciptakan inovasi dan improvisasi berbasis gender dalam mengelola hutan berbasis gender.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang pejabat KLHK yang telah diwisuda dari Program GLEADS, Kuswandono saat mengikuti Podcast seri ke-5, Publikasi dan Diseminasi Praktik Baik: Perempuan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan dengan tajuk “Pengarusutamaan Gender dan Konservasi”.
“Dengan pembelajaran yang ada di GLEADS ini, banyak sekali sesuatu yang harus kita ada improvisasi dan inovasi agar bisa diaplikasikan,” katanya, menambahkan banyak hal yang ia pelajari selama belajar Pengarusutamaan Gender (PUG) di KLHK.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas itu, ketika bicara terkait masyarakat di sekitar kawasan hutan, ia menilai ketika ada program seringkali hanya mengarah ke laki-laki saja. Padahal dampaknya akan berakibat juga pada perempuan atau pada penayandang disabilitas atau yang lain.
“Masyarakat kan ada laki-laki, perempuan ataupun ada yang disabilitas juga dan itu yang harus kita perhatikan juga. Karena selama ini beberapa program masih ke laki-laki dan dewasa saja, padahal ketika kita bicara nanti, ada regenerasi, itu bahkan mungkin ke level anak-anak juga harus faham,” imbuhnya.
Lulusan IPB Bogor itu juga menekankan bahwa pengarusutamaan gender ke depannya supaya bisa diintegrasikan ke dalam perencanaan program dan kegiatan dalam pengelolaan hutan konservasi karena itu sangat penting.
“Kita bisa membantu kepada penyelesaian akar masalah dalam pengelolaan sebuah taman nasional.Kalau selama ini kan hanya selalu laki-laki dewasa tanpa bisa menyentuh yang lain, tapi dengan kegiatan GLEADS ini, benar-benar kami diingatkan, ada sesuatu yang harus disentuh yang lain dan itu mempunyai hak yang sama juga,” katanya.
Sosok yang juga pernah bekerja di Balai Taman Nasional Gunung Ciremai itu juga menekankan bahwa gender tidak hanya terkait dengan lelaki dan perempuan saja, namun ada beberapa aspek yang lain lagi. Dan menurutnya, ketika menghadapi hal tersebut, terutama di tempat kerja, hal itu merupakan suatu tantangan yang tidak mudah. Namun bukan sesuatu yang mustahil.
“Membawa pemahaman ini kepada tim saya untuk bisa, bukan hanya sekedar cerita yang hanya mimpi yang tidak dilaksanakan, tapi harus dilaksanakan.Saya juga sangat senang ketika selain ada GLEADS, ada juga Training for Ecogender Activation Hub (TEACH),” ungkapnya, menambahkan semakin banyak anggota yang mengikuti dua program tersebut, maka semakin mempercepat PUG, khususnya di KLHK.