Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Belarusia
Presiden Putin menuduh pasukan asing tak dikenal mencoba memenangkan keuntungan politik dari kekacauan di Belarus. Foto: Mikhail Klimentyev / Kremlin.

Presiden Putin: Pasukan Rusia Siap Terjun ke Belarusia untuk Mengakhiri Aksi Protes



Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis (27/8), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia siap mengirimkan polisi ke Belarusia jika aksi protes di sana berubah menjadi kekerasan dan  berharap bisa membantu untuk menstabilkan situasi.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah menjabat selama 26 tahun. Dan kini ia terpilih kembali menjadi presiden untuk masa jabatan keenam dalam pemilu presiden 9 Agustus kemarin.

Akan tetapi, beberapa warga Belarusia menganggap pemilu itu telah dicurangi hingga mereka melakukan aksi protes selama berminggu-minggu.

Dilansir dari Aljazeera, Presiden Putin mengatakan kepada televisi pemerintah Rusia bahwa Presiden Lukashenko telah meminta dirinya (jika perlu) untuk mempersiapkan kontingen penegakan hukum dari Rusia agar dikirim ke Belarusia.

Presiden Putin mengatakan ia dan Presiden Lukashenko telah sepakat bahwa ‘tidak ada kebutuhan seperti itu sekarang, dan ia berharap tidak akan ada.’

“Kami telah sepakat untuk tidak menggunakannya sampai situasi mulai tidak terkendali dan elemen ekstremis yang bertindak di bawah kedok slogan politik melintasi perbatasan tertentu dan terlibat dalam aksi kekerasan dan mulai membakar mobil, rumah dan bank atau mengambil alih gedung administrasi,” ujar Presiden Putin.

Akan tetapi, beberapa negara ada juga yang mengutuk tindakan keras dari Presiden Lukashenko terhadap pengunjuk rasa dan mendesaknya untuk melakukan dialog dengan oposisi.

Terkait hal itu, Presiden Putin menuduh pasukan asing tak dikenal mencoba mendapat keuntungan politik dari kekacauan di Belarusia.

“Mereka ingin mempengaruhi aksi proses tersebut dan mencapai keputusan tertentu, yang menurut mereka sesuai dengan kepentingan politik mereka,” kata Putin.

Pada hari Kamis (27/8), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Presiden Lukashenko untuk menghomati hak asasi manusia dengan mengatakan pemerintah Belarusia tidak bisa menggunakan kekuatan pertahanan sekutunya untuk meredam protes terhadap pemerintah.

Sebelumnya, Rabu (26/8), Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov memperingatkan agar Amerika Serikat tidak memberikan sanksi pada Belarusia.

“Kami telah memperingatkan Amerika maupun Uni Eropa untuk tidak memberikan tekanan. Hal tersebut termasuk sanksi,” ujar Lavrov, dikutip dari Reuters.

Rusia melihat Belarusia sebagai benteng utama melawan ekspansi Barat dan saluran penting bagi ekspor energi Rusia.

Rusia dan Belarusia memiliki perjanjian kerja sama politik, ekonomi dan militer yang erat. Selain itu, Belarusia mengandalkan energi murah dari Rusia dan subsidi lainnya untuk menjaga ekonomi gaya Soviet Belarusia tetap bertahan.

Akan tetapi, terlepas dari kerja sama yang erat, hubungan Rusia-Belarusia sering tegang oleh perselisihan.

Presiden Lukashenko sering memainkan tawaran ke Barat dan menuduh Rusia menetas rencana untuk memasukkan Belarusia.

Tepat sebelum pemilu 9 Agustus kemarin, Belarusia menangkap 32 kontraktor militer swasta Rusia dengan tuduhan merencanakan kerusuhan.

Otoritas Belarusia membebaskan orang-orang itu tak lama setelah pemungutan suara dalam upaya untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia di tengah meningkatnya kecaman dari Barat.

Terkait hal itu, Presiden Putin menggambarkan insiden itu sebagai provokasi oleh agen mata-mata Ukraina dan AS.