Presiden Brasil Umumkan Keadaan Darurat di Ibu Kota Sampai Akhir Bulan
Berita Baru, Rio de Janeiro – Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva umumkan keadaan darurat di ibu kota sampai akhir bulan Januari, Minggu (8/1).
Pengumuman itu muncul lantaran banyaknya kerusuhan yang dilakukan pada hari Minggu oleh pendukung mantan kepala negara Jair Bolsonaro.
“[Ada] dekrit tentang intervensi federal di Distrik Federal [ibu kota] untuk menahan pelanggaran ketertiban umum berskala besar … hingga 31 Januari 2023,” kata Presiden Da Silva, dilansir dari Reuters.
Dia menetapkan bahwa untuk periode ini otoritas federal akan menjalankan fungsi mengelola badan keamanan publik.
Da Silva mengatakan bahwa fungsi keamanan di Brasilia secara hukum ditugaskan ke polisi militer Distrik Federal, yang menurutnya “tidak melakukan apa-apa”.
“Saya akan menyebutnya ketidakmampuan, keengganan, atau bahkan kedengkian dari pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan publik di Distrik Federal. Ini bukan pertama kalinya,” tambahnya.
Menurut kepala negara, kelambanan aparat penegak hukum tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Mereka tidak bisa mengabdi di departemen, karena masyarakat Brasil tidak mempercayai mereka,” tegas Lula da Silva.
Pada hari Minggu (8/1), para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro bentrok dengan polisi di ibu kota negara dan masuk ke Kongres Nasional (Parlemen) dan lembaga negara lainnya.
Beberapa penjaga keamanan di lokasi kosong pada hari Minggu (8/1) tidak dapat menolak para pengunjuk rasa yang tidak mengakui hasil pemilihan presiden Oktober.
Menurut perkiraan awal, sekitar 5.000 orang berpartisipasi dalam kerusuhan tersebut. Untuk membubarkan para demonstran, aparat keamanan menggunakan bom asap dan granat gas air mata, termasuk menjatuhkannya dari helikopter.
Petugas penegak hukum berhasil mendapatkan kembali kendali atas bangunan yang diserang oleh pengacau, para tahanan dikirim ke kantor polisi. Belum ada laporan resmi tentang kemungkinan korban jiwa.
Sosialis Lula da Silva menjabat sebagai Presiden Brasil pada 1 Januari, mengalahkan Bolsonaro di putaran kedua pemilu.
Kesenjangan di antara mereka adalah 2,1 juta suara. Kaum konservatif tidak mengaku kalah, dan para pendukungnya secara besar-besaran turun ke jalan dan ke garnisun angkatan bersenjata menuntut agar Lula da Silva tidak menjabat.
Pada akhir Desember 2022, Bolsonaro berangkat ke Amerika Serikat.