Polemik Bendungan GERD: Mesir Tuntut Klarifikasi dari Ethiopia
Berita Baru, Internasional – Mengutip Aljazeera, pada hari Kamis (16/7), Kementerian Luar Negeri Mesir menuntut klarifikasi dari Ethiopia mengenai pengisian air pada bendungan raksasa Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di sungai nil.
Sebelumnya, Selasa (14/7), Ethiopia berdiskusi dengan Mesir dan Sudan mengenai proyek pembangkit listrik tenaga air. Namun diskusi tiga negara itu dianggap gagal mencapai kesepakatan.
Mesir dan Sudan yang merupakan negara hilir Sungai Nil, telah mencari kesepakatan yang mengikat secara hukum pada operasi dan pengisian bendungan.
Kemudian, Rabu (15/7), Ethiopia mulai melakukan pengisian air di Bendungan GERD dan membuat air dalam bendungan naik.
Sudan mengatakan ketinggian air di Sungai Nil Biru telah berkurang 90 juta meter kubik per hari setelah Ethiopia mulai mengisi bendungan di sisi perbatasannya.
Kementerian Irigasi Sudan dalam sebuah pernyataan menolak tindakan sepihak yang dilakukan oleh pihak mana pun saat upaya negosiasi masih berlanjut dari ketiga negara (Mesir, Sudan dan Ethiopia).
Dan hari ini, Kemenlu Mesir menuntut klarifikasi Ethiopia terkait masalah ini. Pada bulan Juni, Mesir juga meminta kepada Perserikatan Bangsa-Bangasa untuk melakukan intervensi terkait masalah ini.
Mesir mengatakan kepada PBB bahwa mereka akan mengahadapi ‘ancaman eksistensial’ dari bendungan GERD.
Stephane Dujarric, Jubir Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan kepada wartawan bahwa Guterres telah mendesak ketiga negara untuk ‘mengambil kesempatan dalam beberapa hari mendatang untuk menjembatani perbedaan yang tersisa dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi rakyat mereka.’
Pada gilirannya, Menteri Air, Irigasi dan Energi Ethiopia, Seleshi Bekele menolak tuduhan bahwa naiknya volume air bendungan adalah karena mengambil air dari Sungai Nil Biru, melainkan karena proses alami.
“Ada banyak air yang mengalir. Ada hujan lebat, dan aliran masuknya jauh lebih besar dari aliran keluar,” kata Seleshi.
Lebih lanjut, Seleshi mengatakan dinding bendungan telah dinaikkan menjadi 560 meter yang pada tahun lalu setinggi 525 meter tahun. Penaikan tinggi bendungan itu kemudian menjadikan pengisian air di bendungan sesuai dengan proses normal konstruksi.
“Kali ini, konstruksi GERD telah mencapai level 560m dibandingkan level 525m tahun lalu. Aliran [air] masuk ke bendungan karena hujan lebat dan limpasan permukaan melebihi arus keluar dan menciptakan kumpulan [air] alami. Ini berlanjut sampai luapan dipicu segera,” tulisnya di Twitter.
“Bahkan, diprediksi hujan deras tahun ini diperkirakan akan menyebabkan banjir besar di kawasan itu,” imbuhnya.
Bendungan GERD merupakan bendungan terbesar di Afrika. Sejak dimulai pada tahun 2011, bendungan itu menjadi sumber ketegangan di lembah Sungai Nil, mengingat Mesir dan Sudan khawatir akan berkurangnya pasokan air.
Sekitar seratus juta penduduk Mesir sangat bergantung dengan air dari Sungai Nil. Sungai Nil Biru, anak Sungai Nil, total memasok 90 persen air tawar pada Mesir.
“Apa yang kita miliki di Mesir adalah kesenjangan yang signifikan antara jumlah air yang mereka hasilkan dan jumlah air yang mereka konsumsi. Dan dengan populasi yang tumbuh lebih dari 100 juta, ini menunjukkan masalah ini semakin memburuk,” kata Soliman, seorang peneliti di Chatham House, kepada Aljazeera.