Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

AS Mengancam Arab Saudi
(Foto: REUTERS / Matthew Brown)

Perang Harga Minyak: Senator AS Mengancam Arab Saudi



Berita Baru, Internasional – Dikutip dari kantor berita CNN, para senator Amerika Serikat (AS) mencela duta besar Saudi melalui panggilan telepon yang panas. Mereka juga mengancam akan memikirkan kembali hubungan diplomatik AS dengan kerajaan Arab Saudi.

“Secara fundamental, kami tidak hanya akan mengevaluasi kembali. Tetapi kami juga akan mengambil tindakan yang mulai merusak hubungan jangka panjang yang selama ini kita dukung,” ujar Senator Alaska Dan Sullivan, menceritakan apa yang dia dan beberapa senator AS lainnya katakan kepada duta besar AS, Putri Reema binti Badnar Al Saud.

Percakapan melalui telepon selular tersebut diduga berlangsung pada akhir Maret.

Lebih lanjut, Sullivan mengatakan kepada CNN bahwa Putri Reema mencoba menyampaikan poin pembicaraan pemerintahnya tetapi terganggu oleh para senator yang marah.

“Saya mengatakan kepada duta besar, dengan segala hormat. Saya tidak ingin mendengar poin pembicaraan dari Anda sampai Anda mendengar dari semua. Saya pikir ada 11 atau 12 panggilan,” kenang Sullivan, menambahkan bahwa para senator “tidak menggertak.”

“Saya mengatur panggilan ini sehingga Anda dapat mendengar kemarahan dari suara-suara senator yang secara tradisional mendukung hubungan AS-Saudi,” imbuh Sullivan.

Menurut sumber yang tidak disebutkan namanya dan ikut melakukan panggilan itu, Senator Ted Cruz dari Texas mengatakan bahwa negaranya sedang “gila”. Ia mengatakan, “Kemarahan dari para senator tidak pernah sekalipun saya temui kecuali dari kelompok ini.”

Kecelakaan pasar minyak

Industri minyak telah berkontraksi secara dramatis karena pandemi virus korona. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan tajam dalam permintaan minyak. Kontraksi itu diperparah oleh perselisihan tentang pemotongan produksi minyak antara Arab Saudi dan Rusia. Serta runtuhnya kesepakatan yang berakhir pada 1 April yang diikuti oleh tindakan Saudi yang membanjiri pasar dengan minyak murah. Akibatnya, pada bulan maret, harga minyak AS mengalami terjun payung di tingkat terendah dalam beberapa dekade.

Perusahaan-perusahaan minyak di AS juga telah mulai memberhentikan staf untuk memotong biaya. Misalnya saja, dalam dua bulan ini, perusahaan Texas Halliburton yang merupakan raksasa penyedia ladang minyak telah merumahkan (PHK) 3.500 pekerja. Sementara Apache, Tenaris SA dan FTS International telah memangkas lebih dari 400 pekerja.

Seorang senator Republik pada hari Kamis (9/4) memperkenalkan undang-undang untuk membersihkan pasukan Amerika Serikat dari Arab Saudi sebagai upaya untuk menekan kerajaan. Bahkan ada juga laporan bahwa tarif impor minyak dan penangguhan bantuan militer ke Arab Saudi sudah diberlakukan.

Kejatuhan dari jatuhnya harga telah beresonansi sangat kuat di seluruh shale patch, di mana harga impas lebih tinggi daripada minyak konvensional. Analis memperkirakan bahwa industri minyak bisa kehilangan 50.000 hingga 75.000 pekerjaan jika harga terus turun. Di tambah, pada situasi pandemi virus korona ini, angka pengangguran di AS sudah melebihi 16 juta.

Kesepakatan OPEC+

Banyak hal sekarang tergantung pada perkembangan diplomatik. Pada Kamis malam (9/4), Arab Saudi, Rusia dan negara-negara pengekspor minyak lainnya secara tentatif sepakat untuk memotong produksinya 10 juta barel per hari pada Mei dan Juni.

Kesepakatan itu kemudian akan melihat total produksi harian turun menjadi 8 juta barel per hari kurang dari pada waktu yang tercatat pada 2018 untuk sisa tahun ini. Di samping itu, kesepakatan itu juga menjadikan produksi minyak 6 juta barel per hari lebih sedikit dari volume produksi patokan awal pada Januari 2021 hingga April 2022.

Namun, perjanjian tersebut belum difinalisasi. Meksiko, eksportir minyak besar, menolak usulan pengurangan hingga 350.000 barel per hari lebih rendah dari benchmark dan mengatakan hanya mampu memangkas produksi hingga 100.000.

Presiden Trump kemudian turun tangan dan menawarkan untuk menebus kuota pemotongan volume produksi Meksiko dengan potongan tambahan 250.000 untuk AS. Meksiko setuju, tetapi tidak jelas apakah Arab Saudi telah menerima gagasan itu.

Di samping itu, juga tidak ada bukti bahwa pemotongan volume produksi minyak – yang bisa menjadi pemotongan terbesar dalam sejarah – akan cukup kuat untuk menopang harga minyak, mengingat bahwa penghancuran permintaan minyak diproyeksikan berada di antara 20 dan 30 juta barel per hari. Dan ini lebih besar dari sedang diusulkan dari OPEC+.

Arab Saudi dan Meksiko diperkirakan membahas rintangan terakhir kesepakatan baru OPEC+ pada hari Sabtu (11/4). Senator Amerika juga akan berbicara dengan menteri energi Saudi di kemudian hari.

“Kita akan melihat apa yang dia katakan,” kata Sullivan kepada CNN. “Tetapi pada titik ini, tindakan akan berbicara lebih keras daripada kata-kata.”


SumberSputnik News