Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kemiskinan Ekstrem
Ilustrasi Kemiskinan (Foto: IStimewa)

Pemerintah Pertahankan Ukuran Lama untuk Capai Kemiskinan Nol Persen di 2024



Berita Baru, Jakarta – Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tetap menggunakan ambang batas kemiskinan ekstrem sebesar US$1,9 atau setara dengan Rp29.461 per hari. Keputusan ini diambil guna mencapai target nol persen kemiskinan ekstrem pada tahun 2024, meskipun Bank Dunia telah mengusulkan ambang batas terbaru sebesar US$2,15 atau Rp32.035 per orang per hari.

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden, Suprayoga Hadi, menyampaikan bahwa pihaknya bersama Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyepakati penggunaan angka US$1,9 sebagai patokan hingga tahun 2024. Meski Bank Dunia mengubah standarnya, tidak ada sanksi yang diberlakukan bagi negara yang tetap menggunakan ambang batas lama.

“Bank Dunia, benar, mengubah jadi US$2,15. Tapi kami sepakat untuk target 0 persen ini tetap menggunakan US$1,9, sampai 2024,” ujar Suprayoga dalam media briefing di Kantor Setwapres, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2023).

Berdasarkan data BPS, tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia pada Maret 2023 mencapai 1,2 persen atau 3,1 juta orang, mengalami penurunan dari Maret 2022 yang sebesar 1,74 persen atau 4,79 juta orang. Sementara tingkat kemiskinan nasional pada Maret 2023 adalah 9,36 persen, masih di atas target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebesar 6,5 persen hingga 7,5 persen.

“Jika pemerintah menggunakan acuan US$2,15 untuk batas kemiskinan ekstrem, maka jumlahnya bakal dua kali lipat dari yang saat ini 3,1 juta orang,” ungkap Suprayoga.

Ketua Policy Working Group Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Elan Satriawan, menjelaskan bahwa angka yang digunakan pemerintah adalah paritas daya beli atau Purchasing Power Parities (PPP) US$1,9 per hari. Dengan kata lain, nilai ini tidak hanya mengacu pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, melainkan sudah disesuaikan dengan standar biaya hidup antar negara.

“Supaya targetnya konsisten kami masih akan menggunakan US$1,9 untuk pencapaian target itu,” kata Elan.