Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

cawapres
(Foto: Katadata)

Pasca Debat Cawapres: Gibran Mahfud Tuai Sentimen Positif, Muhaimin Negatif



Berita Baru, Jakarta – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD mendapat sorotan positif di media sosial setelah tampil dalam debat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Jumat (22/12/2023) malam.

Menurut haasil riset Continuum Institute for Development of Economics and Finance () menunjukkan bahwa Gibran berhasil meraih sentimen positif sebesar 77,69 persen dan Mahfud MD memperoleh sentimen positif sebesar 64,03 persen, sementara  dalam percakapan di platform media sosial X, khususnya Twitter. Sementara Muhaimin Iskandar hanya mencatat 4,27 persen penilaian positif dari netizen.

Riset ini dilakukan selama periode waktu debat berlangsung, yakni pukul 19.00-21.50 WIB, dengan mengambil data dari 22.424 pembicaraan yang melibatkan 17.125 pemilik akun X. Sentimen positif yang tinggi ini menempatkan Gibran sebagai figur yang paling diberikan apresiasi oleh netizen.

Netizen memberikan berbagai impresi positif terhadap penampilan Gibran dalam debat. Mayoritas menilai bahwa Gibran tampil dominan dan menguasai panggung, dengan 70,7 persen menyatakan bahwa Gibran berpenampilan keren dan dominan. Sebanyak 16,3 persen juga menilai bahwa Gibran menguasai materi debat dengan baik.

Pasca Debat Cawapres: Gibran Mahfud Tuai Sentimen Positif, Muhaimin Negatif
Hasil analisis Contunuum INDEF

Kendati demikian, Gibran juga tidak luput dari sentimen negatif. Sejumlah netizen menyoroti sikapnya yang dianggap sombong.

Continuum INDEF mencatat, “Namun di sisi lain Gibran juga disorot sebagai sosok yang sombong dan beremosi tinggi saat beradu gagasan dengan calon lainnya.”

Debat cawapres tersebut mengangkat berbagai tema, antara lain ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan. Gibran juga menjadi sorotan karena penggunaan istilah-istilah asing seperti carbon capture and storage (CCS) dan State of the Global Islamic Economy.