Pakis Bali Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Budaya dan Lingkungan
Berita Baru, Bali – Paiketan Krama Istri (Pakis) atau kaum perempuan adat Provinsi Bali mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga kelestarian adat dan budaya, sekaligus turut menjaga kebersihan lingkungan.
“Anggota Pakis jangan gaya-gayaan tetapi hendaknya paham adat, seni, tradisi, dan budaya Bali. Pakis Bali harus cerdas melestarikan tata titi sehingga tidak melenceng dari koridor,” kata Manggala Utama (Ketua Umum) Pakis Bali, Putri Suastini Koster dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/5)
Peran penting kaum perempuan adat dalam menjaga adat, seni, dan budaya sekaligus lingkungan itu ia sampaikan dalam acara bertajuk Tresna lan Punia yang dipusatkan di Gedung I Ketut Maria, Tabanan.
Ia menegaskan, Anggota Pakis hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk mampu memimpin dan mensosialisasikan terkait pelestarian budaya dan adat istiadat.
“Jangan sampai budaya yang sedari dulu disusun rapi, diciptakan dan sudah dijaga dengan baik, saat ini menjadi campur aduk,” ungkap Putri Koster yang juga istri Gubernur Bali itu
Ia mencontohkan Tari Rejang yang dulu diciptakan sebagai tari sakral dan dipercaya menjadi prosesi tarian menyambut turunnya para dewa.
Namun, saat ini semakin banyak Tari Rejang yang diciptakan dengan nama yang beraneka ragam. Selain itu, dipentaskan di tempat yang terkadang tidak sesuai.
Dalam kesempatan tersebut, Putri Koster juga menjabarkan mengenai sistem pengelolaan sampah berbasis sumber untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
“Sebaiknya kita semua mulai menjaga kebersihan lingkungan di mana kita tinggal, di mana kita berada dan di mana kita berkunjung. Ketika kita mampu menjaga alam dengan baik dan tulus, maka alam juga akan menjaga kehidupan kita di dunia ini,” ujarnya.
Putri Koster berharap sebisa mungkin Pakis jangan sampai ikut andil menjadi bagian perusak lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk menyadarkan diri sendiri bahkan menanamkan karakter disiplin untuk tidak mengotori desa lain.
“Caranya dengan melakukan pengelolaan sampah berbasis sumber, yakni dimulai dari mengelola sampah sesuai jenisnya dari lingkungan rumah tangga,” tegasnya.
Putri Koster juga menekankan pentingnya menanamkan kesadaran untuk tidak meninggalkan sampah di tempat-tempat umum, termasuk tempat suci (pura).
Selain itu, Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (PMA) Provinsi Bali I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra menjelaskan keberadaan Pakis yang dikuatkan melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 sesuai fungsinya melalui penguatan desa adat, pelestarian budaya serta adat istiadat.
“Lembaga yang sudah berusia dua tahun ini diharapkan mampu menyatukan krama istri se-Bali untuk erat menjaga kelestarian budaya dan adat istiadatnya,” terang dia.
Adapun Bandesa Madya/Ketua Majelis Madya Desa Adat Kabupaten Tabanan I Wayan Tontra dalam sambutannya menyampaikan terkair Paiketan Krama Istri Kabupaten Tabanan yanh sudah terbentuk hampir di seluruh tingkat kecamatan dan desa.
“Kegiatan mereka masih fokus pada kegiatan majejahitan, menguatkan tari sakral, tari bebalihan, dan tari wali,” ujarnya.
Untuk ke depan, ia menyebut akan dikuatkan lagi tentang pendalaman pemahaman pengetahuan yang wajib dilakukan di lapangan, sehingga memiliki wawasan untuk meneruskan pengetahuan kepada generasi muda yang baru menginjak pernikahan.
“Agar tidak ada lagi kata-kata ‘nak mule keto’ atau memang begitu,” katanya.
Sebagai informasi, Kegiatan Tresna lan Punia ini diisi dengan pemberian bantuan 150 paket bahan pokok kepada 150 penerima yang masuk kategori lansia, ibu hamil, difabel, krama istri dan yowana (pemuda-pemudi) serta pecalang (petugas pengamanan adat). Paket bantuan terdiri dari 20 kilogram beras, satu krat telur, dan susu.
Selain bantuan berupa kebutuhan pokok, juga diserahkan 300 bibit cabai, 200 bibit terong, 50 bibit pohon mangga, 35 bibit pohon kelapa, dan 15 bibit pohon alpukat. Mengakhiri rangkaian acara diisi pementasan hiburan yang dibawakan oleh Sekaa Arja Akah Canging.